[caption caption="Koalisi Perempuan Indonesia I Sumber tomyompyek.blogspot.com"][/caption]
Bayang itu semakin gelap dan akhirnya tak terasa apapun selain keindahan. Sejam lalu masih ada suara di mana-mana. Bahkan beberapa menit lalu masih terdengar irama musik lembut lagukan cinta di Hari Valentine. Kini semua berubah dan jauh ke dalam alam tentang tempat yang tak terbayangkan olehku.
**** ---- ****
Dalam pengadilan itu semua datang dengan kesederhanaan dan memakai pakaian sama: celana putih atasan kaos pelangi. Itu bukan kode LGBT ataupun Gafatar karena di Pengadilan Tuhan tak ada lagi sekat selain keadilan dan titah Tuhan. Dan, pengadilan Tuhan selalu menyertakan ingatan kolektif manusia – agar para pembantu Tuhan tidak ribet menghidupkan memori - yang kebetulan hari ini Hari Valentine.
Hari itu Hari Valentine yang ikut menjadi ingatan kolektif manusia yang dibawa dari Bumi. Keyakinan para manusia benar-benar ketika masih hidup di Bumi terbukti: Pengadilan Tuhan atas manusia-manusia. (Namun wujud para manusia itu hanya dalam bayang tanpa tubuh tanpa wujud, para manusia itu ada dalam wujud mirip X-ray dengan identifikasi persis seperti wujud ketika hidup di Bumi.)
Tuhan hadir di depan para manusia di Lapangan Tahrir. Tanpa rupa. Tanpa warna. Tanpa wujud. Namun bisa dirasakan oleh semua manusia yang hadir di lapangan itu.
Manusia senyap dengan memori menancap dalam rasa Tuhan. Tanpa manusia melihat namun merasakan. Meski Tuhan di akhirat bisa dilihat dan hadir, hanya sedikit yang bisa menikmati kesatuan dengan Tuhan, dan itu menjadi privilege bagi bukan hanya yang percaya. Melihat dan menikmati kenikmatan Tuhan hanya bisa didapatkan oleh manusia yang memahami rasa dan bisa merasakan rasa orang lain.
Senyap.
Tuhan belum berbicara.
Senyap. Tanpa suara.
“Wahai manusia semua di hari Valentine yang salah satu kalian cipta!” kata Tuhan menggelegar dalam jiwa para manusia itu.