Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Poligami dalam Poliandri, Keagungan Cinta

16 September 2012   03:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:24 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bawa dia berputar-putar di jalanan. Namun ada satu hal yang aku ingin tahu tentangnya. Seperti apa perempuan ini. Aku hanya ingin perempuan yang bermartabat. Maka aku sengaja mengajak dia untuk beristirahat di sebuah rumah makan. Kami menikmati makanan. Usai makan di rumah makan, aku sengaja mengajak check-in.

Betapa kagetnya aku - sesuai harapanku - perempuan cantik itu menolak setengah mati. Aku sebenarnya sangat senang karena dia perempuan baik-baik.

"Mas, aku nggak mau lho kalau soal-soal begituan..." katanya.

"Iya, aku tahu siapa kamu. Yang penting kita jalani saja pertemanan kita ini ya ..." sahutku.

Aku bangga dan senang mendapatkan perempuan seperti dia. Artinya dia perempuan yang aku inginkan. Jelas aku tak akan pernah mau berhubungan dengan cinta dengan perempuan yang gampangan. Sudah menjadi hal biasa para perempuan berkeliaran di sekeliling kita: sekedar mencari kesenangan. Katanya untuk mengisi waktu dan menghabiskan waktu banyak perempuan entah masih sekolah atau sudah bekerja, pun yang sudah menikah. Media sosial seperti facebook, twitter dan aneka blog dimanfaatkan untuk menjaring ketertarikan antara lawan jenis. Namun yang aku temukan justru perempuan yang tegas dan berkarakter.

Waktu berlalu. Bagiku perempuan itu sungguh menarik. Tak ada yang bisa menghentikanku untuk menjadikan dirinya sebagai pendampingku seumur hidup.

"Mas aku ini udah punya suami," katanya ketika menjawab perkataanku.

"Loh emangnya kenapa? Tuhan menciptakan cinta. Semua cinta adalah ciptaan Tuhan dan itu wajib disyukuri. Menolak cinta sama dengan mengingkari nikmat dari Tuhan. Berdosa!" jelasku meyakinkannya.

"Wah aneh sekali. Mana bisa kita hidup selamanya, Mas..." katanya sambil menggenggam tanganku.

"Aku juga punya istri. Kenapa tidak bisa. Kita yang menjalani. Kita yang menentukan. Tuhan telah mempertemukan kita dalam cinta. Itu kita harus syukuri. Jadi kita ini sudah pada trak yang benar. Menikmati cinta dan menyukuri datangnya cinta pada kita. Cinta tak dapat diciptakan dan tak dapat dihapus."

"Loh memang kita bisa menikah?" tanyanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun