Sepeda motor telah menjadi wabah, seperti demokrasi di Indonesia yang anarkis dan tirani. Sepeda motor adalah tirani jalanan yang menguasai Jakarta. Tidak ada aturan untuk sepeda motor. Karena jumlahnya empat kali jumlah mobil di Jakarta, sepeda motor menentukan arah kebijakan jalanan. Persis seperti partai politik. Sepeda motor adalah potret kebringasan berjamaah.
Padahal para pengendara motor ketika di tempat kerjanya adalah pribadi-pribadi yang sopan dan profesional. Di rumah pun mereka adalah pecinta yang hebat buat ibu, istri dan anak. Namun ketika mereka berkumpul di jalanan dengan serta merta mereka berubah beringas, tak sopan, senang memaki-maki, mau menang sendiri dan melanggar peraturan secara masif dan berjamaah.
Makanya jika aku merekrut karyawan, aku tanyakan apakah calon itu mengendarai motor. Jika dia naik sepeda motor akan saya selidiki bagaimana cara berkendara. Karena kepribadian dia sama dengan cara dia berkendara. Dan, kebanyakan pengendara motor bersikap seperti para koruptor. Jika sendirian baik di rumah atau kantor, pengendara motor sopan dan baik. Jika sudah berada di jalanan, perasaan sebagai kelompok besar, demikian juga para koruptor merasa tidak takut dengan risiko.
"Mas ..." katanya menyadarkanku.
"Iya. Aku hadir tanpa pretensi. Tulus. Aku tak tahu siapa dirimu sejak bertemu kali pertama dulu kan? Namun sekarang aku jujur menikmati hubungan kita. Aku datang untuk melengkapi kehidupan kamu..." kataku menjelaskan.
"Loh aku tidak kekurangan apa-apa.." katanya meyakinkanku.
"Iya aku tahu. Kamu memiliki segala-galanya. Keluarga bahagia. Terhormat. Justru di situlah kemenarikan kamu. Jelas aku tak mau berhubungan dengan orang yang tidak jelas. Aku tak mau berbagi dengan orang yang tak berbahagia. Karena aku juga orang yang berbahagia. Kita menggabungkan dua kebahagian, Sayang..."
"Loh kenapa nggak dengan yang muda-muda, kan mereka bebas.." katanya berusaha mengendorkan keyakinanku padanya. Ketertarikan dan pilihanku padanya.
"Bebas apaan? Kan kamu pernah cerita bahwa model percintaan seperti kita tak ada risiko sama sekali. Bahkan jika punya anak jelas orang tuanya.."
"Atau sama janda bagaimana hehehehe," katanya sambil tertawa. Tambahnya: "Kalau sama janda kan bebas dan selalu ada waktu. Kalau sama aku kan terbatas waktunya."
"Aku maunya kamu. Bukan mereka. Dan aku menginginkan hubungan yang berkualitas meski waktu kita terbatas buat kita. Justru itu yang menarik."