Momen-momen seperti inilah yang membantu mereka mengatasi perbedaan dan mulai membangun kepercayaan.
Titik Balik
Suatu hari, di luar pekerjaan, Alya mengalami kecelakaan kecil saat berjalan pulang. Kebetulan, Raka yang sedang melintas melihat Alya terjatuh dan segera menghampirinya untuk membantu.
"Alya! Apakah kau baik-baik saja?" tanya Raka panik sambil membantu Alya berdiri.
"Ah, ini cuma luka kecil. Terima kasih, Raka," jawab Alya sambil mencoba tersenyum meski wajahnya terlihat kesakitan.
"Aku akan mengantarmu pulang. Kita perlu membersihkan lukamu dan memastikan tidak ada yang lebih parah," kata Raka dengan tegas.
Di perjalanan pulang, mereka berdua berbicara lebih dalam tentang diri mereka. Alya menceritakan betapa kerasnya dia bekerja untuk mencapai posisinya sekarang, sementara Raka berbagi kisah tentang tekanan dan ekspektasi keluarganya yang tinggi.
"Aku selalu merasa harus membuktikan diri, Alya. Itu sebabnya aku sering terlihat arogan dan keras kepala," kata Raka dengan suara yang lebih lembut dari biasanya.
"Aku mengerti sekarang, Raka. Aku pun begitu. Aku takut kalau aku tidak cukup baik, maka semua usahaku akan sia-sia," balas Alya.
Malam itu, mereka saling membuka hati dan menyadari bahwa di balik sikap keras mereka, ada rasa takut dan kerentanan yang sama. Percakapan itu menjadi titik balik dalam hubungan mereka. Mereka mulai melihat satu sama lain bukan hanya sebagai rekan kerja yang sulit dihadapi, tetapi sebagai individu dengan perjuangan dan impian masing-masing.
Setelah insiden itu, perasaan saling ketertarikan mulai tumbuh di antara mereka. Raka mulai merasa nyaman berada di dekat Alya, dan sebaliknya, Alya merasa ada sesuatu yang hangat setiap kali bersama Raka. Mereka mulai meluangkan waktu lebih banyak di luar pekerjaan, saling mengenal lebih dalam dan menikmati kebersamaan mereka.