Baca apa?
Tentang kamu.
Terimakasih yaaa.
Tidak ada yang aneh dari percakapan itu. Dua orang kawan. Tapi tiba-tiba, terlintas sikap Chan tadi sore, sangat aneh, dan aku sempat membicarakannya dengan ibu di meja makan, saat berbuka tadi. Dan entah setan mana yang berhasil menggoda, kami menjadi bertambah akrab lagi
* * *
Bukan tipeku untuk membiarkan kecamuk dalam dadaku. Aku adalah tipe perempuan simple yang ingin semuanya segera jelas dan diperjelas. Aku ingin tahu, apakah Chan menyukaiku sebagaimana seorang lelaki menyukai seorang perempuan. Aku tidak berani bertanya kepada orang lain. Tapi aku ingat, sempat ada candaan dari istri Rumi beberapa hari yang lalu, hanya saja aku tidak menyadarinya waktu itu. “Wah, sudah berteman di facebook ya...”, begitu kata Ramona, istri Rumi.
Aku mengunggah isi hatiku ke facebook. Aku katakan mungkinkah aku jatuh cinta. Banyak komentar yang aku terima, tapi tak satu pun dari Chan. Tidak dari Rumi atau Ramoda. Tidak dari orang-orang yang mengenal kami berdua. Karena pertanyaan-pertanyaan dalam hatiku terus bergolak, ucapan-ucapan kami pun makin tak menentu. Aku tidak tahu. ‘Chaos’ rasanya. Tapi aku ingin segera menyudahi. Aku tidak mungkin dalam keadaan ini terlalu lama. Aku tidak ingin jatuh cinta. Aku tidak ingin mencintai seseorang terlalu lama. Jika memang kami saling jatuh cinta, Islam mengajarkan cara yang baik dan halal. Aku dan Chan tidak mungkin akan terus berbuat seperti ini, jika di hatiku, atau di hati Chan, atau di hati kami berdua, ada sesuatu yang tidak beres.
Aku memberanikan diri bertanya kepada istri Fatahilah tentang Chan. Aku buka dengan percakapan-percakapan ringan, aku tanyakan pada Suhaila apakah ia mengenal Chan, dan apakah kalian kenal baik. Suhaila mengatakan bahwa Chan adalah sahabat suaminya, otomatis ia dekat pula dengan Chan. Aku bertanya lagi, apakah Chan satu angkatan dengannya, sebab Chan memanggilnya dengan sebutan Kakak. Suhaila mengatakan jauh di bawahnya, seumuran dengan adiknya. Boom! Aku begitu shock. Aku kaget alang kepalang tidak menentu, mengetahui fakta yang barusan aku dengarkan. Chan. Ya, Chan masih sangat muda. Umurnya jauh di bawahku, lebih muda dari adik bungsuku. Aku benar-benar kolap.
Mengapa, Kak, dia mengajak jadian?
Ah, tidak, ‘miscommunication’ saja, mungkin dia kira aku masih muda.
“Enggak kok, Chan sudah tahu”