Mohon tunggu...
Noer Fadlilah Wening
Noer Fadlilah Wening Mohon Tunggu... Wiraswasta - https://ninin-dahlan-marchant.blogspot.com/

An ordinary wife who try to learn everything as much as possible.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cintaku Dibawa Rembulan

14 Juni 2017   02:34 Diperbarui: 16 Juni 2017   09:40 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Wkkwkk.

Kalau kamu mengirimkan lagi gambarmu, akan aku laporkan kepada seniormu.

Aku goda dia. Jika Chan mengirimkan lagi foto-fotonya, akan aku ‘forward’ foto-foto itu ke seniornya, agar Chan mendapat teguran. Tidak baik seorang lelaki mengirimkan gambar-gambar dirinya kepada seorang perempuan. Kami bukan makhrom. Chan menantangku.

Silahkan. Hehe.

Chan benar-benar menantangku. Tentu saja aku tertantang. Aku, ditantangnya, pastilah aku berani melawannya. Aku ‘screenshoot’ gambarnya dan aku kirimkan ke seniornya, Rumi, temanku berorganisasi. Entah apa yang ada di pikiran kaum laki-laki, aku benar-benar tidak bisa mengerti mereka. Rumi malah menyuruhku mengajak Chan pergi ke alam yang lebih jauh dan mengirimkan foto Chan yang sedang bersantai di sebuah ruangan. Merasa tidak mendapat dukungan, aku sudahi percakapanku tentang Chan dengan Rumi. Aku ‘forward’ foto Chan yang dikirimkan Rumi kepadaku, ke whatsapp Chan. Kaum lelaki sedang bersantai, Chan hanya menggunakan t-shirt dan celana pendek nampaknya.

Wkkwkk.

Itulah jawaban Chan. Aku benar-benar tidak mengerti. Aku merasa sedang dikerjai. Beberapa ancaman coba kuucapkan untuk Chan, tapi dia tetap menantangku dan bilang,

Ya, nggak papa.

* * *

Kami makin akrab saja. Chan menghubungiku kapan pun dia mau. Karena kebetulan ini adalah bulan puasa, pastilah kami tidur lebih malam dan bangun lebih pagi. Pesan-pesannya kini berubah tentang puasa, kirim gambar-gambar makanan, mengabarkan akan menuju ke suatu tempat, mengatakan keadaannya, bertanya apa yang aku lakukan, pokoknya sudah tidak ada batas lagi tentang apa yang kami bicarakan. Entah aku duluan, entah Chan duluan, panggilan kami tiba-tiba berubah menjadi ‘Mas dan Dik, Say, Beib’. Aku merasa nyaman dengannya. Chan nampaknya juga merasa nyaman denganku. Sepertinya aku jatuh cinta. Aku jatuh cinta pada seorang lelaki di ujung telepon, yang baru berjalan sekali denganku dalam perjalanan tamasya di sungai Thames-London, di hari Jumat, di bulan May. Dan entah sudah berapa hari dari sekarang.

* * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun