Penunggu  pasien sekamar tergopoh-gopoh masuk ruang ketika perawat masuk. Saat mengetahui anak angkatku sudah pergi, disalaminya aku.
"Innalilahi wa inalilihi rojiun ... Dia sudah tidak kesakitan lagi!" sambutnya lirih.
"Ya, Allah ...," bisikku melemas.
Aku baru tahu bahwa ternyata, selama mengandung anak kedua yang baru dilahirkan sepuluh hari lalu, dia selalu batuk di sepanjang kehamilan. Batuk yang tidak kunjung sembuh. Kudengar  bocoran dari perawat yang melaporkan kematiannya, pasien adalah penderita kanker peparu stadium empat.
"Ya, Tuhan ... jadi dia pamit tidur padaku  kemarin untuk selamanya? Berpisah untuk selamanya dengan pamit yang tak kusadari!" sesalku.
Lemas semua sendiku.  Tak  punya kekuatan lagi. Terduduk di situ tanpa daya menyaksikan jasadnya dibawa dengan brankar ke kamar mayat. Di pagi buta itu aku harus pulang. Mengabarkan kepada ibunya,  keluarga besar suamiku bahwa dia telah tertidur untuk  selamanya ....
Benar-benar nyata, "Tutup tahun, tutup usia!"
***
Ninik Sirtufi Rahayu  dengan nama kunyah Ni Ayu, lahir di Tulungagung, 23 November dan tinggal di Malang, Jawa Timur. Karya tulisnya pernah dimuat berbagai koran lokal, memiliki 29 buku solo dan 170  antologi berbagai genre, tetapi masih eksis belajar menorehkan karya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H