Jadi teringat kembali saat terakhir itu ....
Ya, pertanyaanku dua malam sebelumnya tak dijawab. Tampak ia sangat kelelahan. Napasnya tersengal-sengal. Segera kuminta perawat untuk memasang oksigen. Beberapa detik kemudian dia pun diam ... tertidur. Â Aku melupakan 'titip apa' yang ia maksudkan. Belum terjawab. Mungkin baby-nya yang konon dibawa si lelaki tanpa menikahi karena punya istri yang sedang hamil besar.
Malam itu aku tak bisa tidur. Sore tadi ada keluarga pasien lain, menawarkan kopi hangat padaku. Sebagai rasa solidaritas, para penjaga pasien segera akrab satu dengan yang lain. Jika ada makanan atau minuman, kami yang tidak bisa keluar pasti akan ditawari. Jika berkenan, kami diizinkan mencicipi juga.
Kulihat arloji sekitar jam dua malam. Tetiba bulu kudukku berdiri. Entahlah, aku merasa sangat ketakutan. Seperti ada sosok yang datang, tetapi entah siapa. Perasaan sangat tidak nyaman. Belum pernah aku merasakan seperti ini.
Pasien yang baru datang sore tadi, tergolek di ranjang sebelah, tanpa suara. Mungkin sedang tidur. Yang bertugas menunggu pasien berada di luar, mungkin di teras depan ruangan. Mungkin juga sedang tidur.
Di teras lumayan luas itu berkumpul para penjaga pasien, baik yang berasal dari daerah dekat maupun dari tempat jauh. Mereka ada yang tidur, ada yang terjaga, ada  yang berbincang bisik-bisik. Juga ada yang berada di musala. Bahkan ada yang sedang makan minum.
Aku di ruang rawat sendirian dengan dua orang pasien. Kuarahkan pandangan ke kiri kanan, kutelusuri ke setiap sudut, tetapi memang tidak ada sesiapa. Anehnya, serasa ada sosok yang hadir di tengah kami. Merinding, asli! Bulu kuduk benar-benar meregang!
Jam dinding menunjuk angka tiga. Tetiba kulihat pada tabung oksigen yang dipasang, botol birunya tidak bergelembung-gelembung seperti biasa. Aku bingung sekali. Ada apa? Merasa sungguh bodoh! Spontan kupencet bel pemanggilan perawat.
Saat perawat datang, memeriksa nadi, lubang hidung, mata, dan mengatakan dengan serius, "Bu, dia sudah pergi. Sepertinya barusan! Masih hangat!"
"Ohh, ... !" aku lemas.
Dia mengembuskan napas terakhir di depanku, ya ... di depan mataku, tetapi aku tidak mengetahui dan tidak pula menyadarinya!