Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku tunggal 29 judul, antologi berbagai genre 169 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apa Abai dan Lalai hingga Pucuk Terkulai?

2 Desember 2024   02:57 Diperbarui: 2 Desember 2024   08:19 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi teringat kembali saat terakhir itu ....

Ya, pertanyaanku dua malam sebelumnya tak dijawab. Tampak ia sangat kelelahan. Napasnya tersengal-sengal. Segera kuminta perawat untuk memasang oksigen. Beberapa detik kemudian dia pun diam ... tertidur.  Aku melupakan 'titip apa' yang ia maksudkan. Belum terjawab. Mungkin baby-nya yang konon dibawa si lelaki tanpa menikahi karena punya istri yang sedang hamil besar.

Malam itu aku tak bisa tidur. Sore tadi ada keluarga pasien lain, menawarkan kopi hangat padaku. Sebagai rasa solidaritas, para penjaga pasien segera akrab satu dengan yang lain. Jika ada makanan atau minuman, kami yang tidak bisa keluar pasti akan ditawari. Jika berkenan, kami diizinkan mencicipi juga.

Kulihat arloji sekitar jam dua malam. Tetiba bulu kudukku berdiri. Entahlah, aku merasa sangat ketakutan. Seperti ada sosok yang datang, tetapi entah siapa. Perasaan sangat tidak nyaman. Belum pernah aku merasakan seperti ini.

Pasien yang baru datang sore tadi, tergolek di ranjang sebelah, tanpa suara. Mungkin sedang tidur. Yang bertugas menunggu pasien berada di luar, mungkin di teras depan ruangan. Mungkin juga sedang tidur.

Di teras lumayan luas itu berkumpul para penjaga pasien, baik yang berasal dari daerah dekat maupun dari tempat jauh. Mereka ada yang tidur, ada yang terjaga, ada  yang berbincang bisik-bisik. Juga ada yang berada di musala. Bahkan ada yang sedang makan minum.

Aku di ruang rawat sendirian dengan dua orang pasien. Kuarahkan pandangan ke kiri kanan, kutelusuri ke setiap sudut, tetapi memang tidak ada sesiapa. Anehnya, serasa ada sosok yang hadir di tengah kami. Merinding, asli! Bulu kuduk benar-benar meregang!

Jam dinding menunjuk angka tiga. Tetiba kulihat pada tabung oksigen yang dipasang, botol birunya tidak bergelembung-gelembung seperti biasa. Aku bingung sekali. Ada apa? Merasa sungguh bodoh! Spontan kupencet bel pemanggilan perawat.

Saat perawat datang, memeriksa nadi, lubang hidung, mata, dan mengatakan dengan serius, "Bu, dia sudah pergi. Sepertinya barusan! Masih hangat!"

"Ohh, ... !" aku lemas.

Dia mengembuskan napas terakhir di depanku, ya ... di depan mataku, tetapi aku tidak mengetahui dan tidak pula menyadarinya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun