Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 30 judul, antologi berbagai genre 176 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Belajar dari Sudut Pandang Sahabat

16 November 2024   14:11 Diperbarui: 16 November 2024   14:37 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Lagi, lagi dan lagi Cerpenis lihai sekali membuat perasaan pembaca seperti naik rollercoaster, siklus perasaan terasa diobrak-abrik kadang tinggi, rendah, tengah-tengah, variasi dari itu semuanya adalah membaca cerpen itu sambil menitikkan air mata sendirian di dapur dulu tempat ibu senang sekali memasak Nasi Goreng rasa Istimewa pedasnya bukan kepalang. (Ini karangan saja ya! Hehe).

Solusi yang coba disampaikan tokoh, terasa seperti solusi terakhir? Di mana telah banyak solusi lain yang tak membuahkan hasil apa-apa. (Ibu, apa sudah coba Metode Sistem Kalender?, hahahhahah). Pusing baca cerpen ini, sudah belum punya anak, sakit pula, duh! Makin menjadi-jadi .

Mengakhiri cerita yang tak manis

Saya tidak tahu, apakah pembaca lain akan sama. Di akhir cerita, saya marah, muak, tak sampai hati ada suami tega seperti itu. Nikah siri! Tanpa izin, tanpa berterus-terang. Sudah jatuh dari pohon, ketiban tangga, terus digigit ular, eh mati

Yang sabar ya ibu, begitulah hidup. Cerpen ini terasa seperti mempertanyakan di manakah keadilan itu? Siapa yang punya timbangan keadilan selain Sang Pencipta Agung? Beritahu!

Saya suka. Penutup cerpen ini tak biasa. Lebih dari mengejutkan.

Memang tiap kalimat yang mengantar pada kenyataan pahit itu terasa seperti memberi daya bayang tapi tetap saja ada daya bayang lain yang tak kita tahu jika tak berani maju, untuk tahu apa akhir dari cerita ini.

Ibu, cerpen ini menunjukkan jam terbang, penguasaan Bahasa Indonesia yang telah mantap, pengalaman segudang, dan lain, lain, lainnya. Senangnya, bisa baca cerpen gratis rasa premium! Saya kasih emoticon seratus 4 buah , Uti.

*masih banyak yang perlu diulas, tapi karena si pengulas mau sarapan, jadilah segini dulu, perut sudah berdetak, lidah tak karuan hehe.

************End************

Semoga bermanfaat, khususnya bagi diri ini untuk lebih berbenah dalam penulisan cerpen selanjutnya. Amin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun