Bolehlah lah saya katakan, teknik yang digunakan berupa "kejutan, rasa penasaran,  kemerindingan" saya tidak tahu apa istilah teknik itu dalam perwajahan dunia sastra Indonesia biarlah menjadi urusan Para Ahli. Saya menempati posisi sebagai pembaca, membuang jauh sebagai penulis dalam mengurai cerpen ini, bagi saya pembukaan adalah kunci. pertemuan mengundang selamanya  kejatuhan hati untuk berpusat, enggan keluar dari pekatnya kecintaan terhadap suatu karya.
Ide pokok yang saya ambil beberapa penggal Bunyi sirine//ambulans//peralatan medis//memaknai hadirnya ambuland Menimbulkan tands tanya, cerpen ini mengurai pengalaman nyata Cerpenis. Kita semua tahu, cerita yang berdasar kisah nyata akan lebih mudah masuk, terhayati, memikat. Selamat, Uti telah berhasil
Menikmati hidangan Air Mata
Keluarga pulpen, bila kita pelankan gegas membaca kita, pada paragraf 6 dan 7. Ada suatu kebaharuan bagi seseorang yang akan memasuki dunia cerpen atau tidak terbiasa saksikan paparan cerpen. Di paragraf 6, Uti memvariasikan sekaligus membantah bahwa apa yang selama ini tersajikan paragraf adalah susunan dari kalimat yang pada ragam jenis karya tulis haruslah memuat 'jumlah' kalimat secukupnya. Ini cuma satu baris, juga isinya pertanyaan.
Lalu, paragraf 7. Bagi saya, dulu yang awalnya mengenal Cerpen dengan alur yang sistematis tidak berloncatan atau tiba pada suatu waktu, peristiwa tanpa rangkaian suatu sebab-akibat adalah mengasyikkan!. Paragraf ini, menunjukkan peralihan paragraf adalah belum tentu sesuatu yang berkaitan erat atau penguraian lebih rinci dari sebelumnya. Di sini, Uti 'berusaha' mengatur pintu-pintu itu sedemikian rupa sehingga kita lupa bahwa kita telah dibawa kepada permasalahan berlapis, menyesakkan dada, kadang bikin mengerutkan dahi, duh.....
Multiarea, Multitafsir
Dari seluruh paragraf, banyak glosarium yang dipakai sengaja untuk menimbulkan pengartian sebebasnya. tentu ini adalah menyenangkan bagi membaca sekaligus strategi ulung. Masalah, gaya penceritaan cerpen ini secara denotatif ingin memilih kepada siapa pembacanya ingin terkhususkan, ingin membuat pembaca yang terpilih itu merasa ah ... akhirnya ada cerpen seperti ini.
Banyak terobosan yang dilakukan di sana sini, cerpen yang membidik sasarannya tapi masih bisa dikatakan multiarea, multitafsir. Good job , Uti.
Permasalahan sosial: remaja yang hamil di luar nikah, gampang punya anak ketimbang pasutri yang sah, mendambakan anak belasan tahun
Dua kata: Miris dan Menyebalkan. Eh ditambah karakter titik jadi dua kata, satu spesial karakter yes?. (Haha).
Di paragraf 22, saya kutip penggalannya "Apa perlu program bayi tabung, Mas"?