Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Pesona Getuk Lumbu

12 September 2024   05:25 Diperbarui: 12 September 2024   08:22 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Wah, hebat. Kapan-kapan bisa cari tahu peternak ikan gabus alias kutuk ini!" sahut adikku.

"Hehehe .... dua makanan itu sama-sama bernama getuk, ya! Padahal, aslinya pepesan kalau istilah sekarang di kota tempat tinggalku yang baru. Namun, sekali lagi, dua makanan khas daerah Tulungagung ini sudah langka. Kayaknya hampir tidak dikenali lagi, kecuali oleh generasi usia di atas kepala enam sepertiku!" sambungku membuat adik kandungku terbelalak.

"Iya, benar-benar aneh dan unik, ya!" sambut Minil, sapaan untuk adikku nomor tiga.

Ya, kami bersepuluh. Aku putri sulung ibuku dari kerabat Mbah Singo Dimeja.

"Jangan protes, mengapa kubilang dan pernah kudengar orang bilang bahwa bocah Tulungagung pinter-pinter, ya! Rektor perguruan tinggi negeri di kotaku, berturut-turut dijabat oleh priyayi Tulungagung, loh!"

"Ho ... oh! Bener ... bener!" ujar adikku yang juga pernah mengenyam studi di salah sebuah perguruan tinggi negeri yang sama denganku. Perguruan tinggi yang rektornya berasal dari Tulungagung!

Biasanya, getuk lumbu olahan kerabat kami ini tidak pedas. Dengan demikian tanpa cabai sehingga para yang sudah sepuh dan anak-anak kecil yang tidak bisa makan pedas, bisa mengonsumsinya. Rasanya cenderung gurih nikmat. Lembut pula karena memang dihaluskan.

Akan tetapi, ada juga yang membuat getuk lumbu dengan variasi lain. Kadang ditambah ebi atau udang, juga dibubuhi cabai. Teksturnya pun bisa jadi tidak dihaluskan, tetapi cukup diulet alias diuleni saja sehingga daun talas tidak begitu hancur. Demikian pula dengan parutan kelapa muda. Dengan demikian, tampilan lauk itu seperti botok pada umumnya. Model bungkusnya pun tidak seperti lontong, tetapi seperti bungkusan pecel saja. Jadi, tidak berbentuk silinder.

Bahan-bahan getuk lumbu adalah daun talas, kelapa muda, ikan pedo atau ikan asin. Setelah bumbu dengan ukuran pas disangrai atau ditumis, dihaluskan dengan cara diulek manual.

"Akan beda juga rasanya, sih ... jika diblender," sambung bude.  

Daun talas yang sudah direndam dengan air garam beberapa saat, dikukus terlebih dahulu. Direndam dengan garam ini bertujuan agar tidak gatal di lidah. Setelah dikukus sebentar, daun talas pun layu dan matang. Selanjutnya, daun talas bersama kelapa parut akan dihaluskan. Biasanya dengan cara ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi, peralatan yang biasa dimanfaatkan untuk menumbuk biji kopi sangrai. Setelah halus, barulah ditambahkan perbumbuan yang sudah digerus manual tadi. Ikan asin pun dihaluskan bersama daun talas sehingga semua menjadi lumer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun