Sambil tersenyum santun, kujawab siapa namaku, dari kerabat siapa, dan datang dari mana. Mereka langsung terkejut dan memeluk serta mengelus punggungku.
"Ya, Allah ... Ini Mbak Nona, toh!" seru salah seorang kerabat sambil membelalakkan netra.
"Mbakyu ... ini, loh saudara kita! Ini Dik Nona, putri Mbah Kenther!" seorang kerabat memperkenalkan diriku. "Ya, Allah, sekarang tinggal di mana?" tengoknya padaku spontan sambil mengguncang-guncang telapak tanganku yang digenggamnya.
Akhirnya basa-basi pun berjalan lancar. Aku dan keluarga diajak menjumpai  beberapa saudara oleh salah seorang yang bertindak sebagai guide dadakan. Aku pun kurang paham siapa dia. Selanjutnya kami diminta menunggu tamu karena acara memang pukul 10.00-an hingga selesai.
***
Sampai di tempat tunggu dengan deretan puluhan kursi plastik yang sudah dipersiapkan, bungsuku berbisik.
"Ma, jajanannya banyak sekali!"
"Sssst, iya dong. Namanya saja reuni keluarga besar! Tapi ... nanti saja, ya! Kita tunggu saudara yang lain. Acaranya masih lama, kok!"
"Eh, itu kok ... tulisannya begitu. Apa nggak salah?" lanjut bungsu sambil menunjuk tulisan besar di papan tulis yang sengaja dibuat sebagai tajuk acara. Rupanya sedang mengalihkan fokus perhatian karena keinginan ambil jajanan kutolak halus.
"Iya, Ma. Kenapa Singo Dimejo? Berarti singa di atas meja, dong!" timpal kakaknya, putraku kedua.
"Hehe ... itu kayaknya nama nenek moyang kita, Dik!" jawab si sulung berbisik kepada kedua adiknya.