Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Pesona Getuk Lumbu

12 September 2024   05:25 Diperbarui: 12 September 2024   08:22 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Hehehe ... bukan singo hewan, itu, Nak! Tapi memang nama Mbah buyut kita!" jawabku.

"Waow, keturunan singa, ya ... hahaha. Kalau kita di Malang cocok banget, karena sebagai punokawan Singo Edan!" timpal suamiku menggoda.

"Hust! Apaan, sih. Jangan keras-keras, nanti kedengaran yang lain!" bisikku agak sewot, tetapi pernyataannya menggelitik lucu juga, sih.

Tak urung kami tersenyum geli juga membaca tulisan ambigu yang ditunjukkan bungsu.
Namun, yang namanya anak-anak, tentu saja mereka terus tersenyum, bahkan tertawa-tawa. Apalagi tidak pernah bertemu dengan keluarga besar dengan jumlah sebegitu banyak.

Sulungku saat itu sudah berusia 19 tahun dan sudah mahasiswa. Putra kedua masih SMA kelas 2 dan si bungsu masih duduk di bangku SD. Sejak menikah dua dasawarsa sebelumnya, baru kali ini aku berkesempatan bertemu keluarga selengkap ini. Bahagia banget, kan?
Perlahan-lahan tamu-tamu lain pun berdatangan. Ketiga putraku pun sibuk berkenalan dengan keluarga besar yang selama ini belum pernah kami jumpai. Ya, acara itu adalah acara reuni perdana keluarga dari pihak kakek-nenekku. Wajar jika ketiga putra kami belum dikenali. Sedangkan wajahku saja sudah dilupakan oleh saudara yang mengenal masa kecilku, kan?

***:

Pada sesi ramah tamah, diperkenalkanlah masing-masing keluarga dengan diminta hadir di bagian depan sehingga semua keluarga besar mengetahuinya. Saat itu, aku bekerja di salah sebuah bimbingan belajar. Karena di antara keluarga besar ada yang lulusan terbaik perguruan tinggi negeri dan belum mendapat pekerjaan, dimintanyalah aku menghubungkan agar ia pun diterima bekerja bersamaku. Inilah manfaat reuni keluarga seperti ini. Ada koneksi sehingga bisa saling membantu.

Tibalah makan siang bersama.

"Ini pepesan apa?" tanyaku pada adik kandung yang menjejeriku.

"Getuk lumbu, Mbak! Masih ingat, kan? Makanan khas Tulungagung, loh ini! Mosok Penjenengan lupa, toh Mbak!" jawabnya sambil terkekeh.

 "Waw ... asyiiikk! Bener! Bertahun-tahun tidak menikmatinya! Nanti minta resepnya, ya!" sambil membelalak senang kukatakan cukup lantang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun