Hatiku pecah berkeping-keping. Seolah layangan putus yang limbung tak tahu arah. Entah akan tersesat ke mana. Aku  tak tahu pula ke mana membawa kakiku melangkah!
Akhirnya, dengan berat hati, aku terpaksa pindah ke kota lain demi bisa melupakannya! Sungguh sesuatu yang sangat berat kurasa. Aku masih hidup, tetapi separo hatiku hilang entah ke mana.  Sesekali  jika rindu padanya, aku rela pergi berpuluh kilometer demi mendatanginya.
Live must go on! Namun, aku belum mampu move on. Jujur!
Sepertinya semua berubah perlahan-lahan. Bila  aku datang ke indekosnya, selalu banyak wanita teman kuliah sedang berada di sana. Aku sering menangis tersedu-sedu, baik sendiri maupun di depan dia. Akan tetapi, rupanya dia berat mengatakan apa yang sesungguhnya terjadi. Sampai  ketika kudesak dia mengatakan bahwa ternyata diultimatum dan dimarahi mamaku. Sejak saat itu, di  hari-hariku terasa sunyi, sepi, dan tentu saja nelangsa tiada berakhir. Untung saja aku dapat menyelesaikan masa SMA-ku dengan bagus di tengah kehancuran hati.
***
Aku terhenyak. Ternyata aku masih berada di gedung tempat meeting berlangsung. Senja merona ini mengingatkanku kepadanya begitu rupa. Entahlah berapa lama aku merenung dan melamun sejak pembicara keberapa tadi.
Ya, ragaku ada di tempat ini, tetapi hatiku melanglang ke masa silam. Tentu saja tak seorang teman di tempat ini tahu ke mana arah fokus pikiranku. Biar sajalah kunikmati senja rinai ini dengan melambung ke masa lalu indahku! Muncul kembali flash back di dalam memori ingatanku. Berputar liar. Berpendar menggetar dalam sanubari!
Ah, saat-saat senja merona jingga seperti ini kami sedang berjalan santai menyusuri sepanjang Jalan Veteran Gang V Bong menuju depan kantor Walikota Banjarmasin. Di tempat ini setiap malam Minggu muda-mudi memang banyak datang ke sana buat bersantai sekaligus menyantap jagung bakar.
Kami berjalan beriringan, aku, dia, dan Udin sahabatnya, serta  Sri kawan sekolahku. Begitu indah rasanya malam itu, tetapi terasa cepat berlalu. Sepulang dari sana dia berjanji suatu waktu akan mengajakku menonton film kesukaan. Sejak malam itu aku merasa dunia begitu indah ....
***
Selulus SMA orang tua menjodohkanku dengan seseorang yang tentu saja tidak kucintai. Aku menerima dengan separo hati. Tetap saja yang namanya hati ini tidak bisa kuajak berkompromi. Hasilnya, hidupku seolah berdiri dengan satu kaki saja. Aku masih menyimpan rasa itu, cinta dan rindu!
Waktu pun berjalan dengan mulusnya. Karierku dan karier suamiku menanjak begitu rupa. Melalui berita, kudengar Sam sudah lulus dengan hasil akhir cum laude, bahkan sudah menikah tanpa berpacaran.