"Enggak, kok. Aku gak bohong. Memang temanku minta karena enggak dibawakan minuman dari rumah. Padahal habis main 'kan haus, Mas! Kasihan, kan kalau enggak dikasih?"
"Hahaha ... kamu pintar juga! Tapi, kali lain harus kau sendiri yang menghabiskan. Kalau ingin memberi teman, sekalian saja kamu bawa dua botol, Dik! Akan lebih bagus kalau botol kamu kasihkan ke temanmu. Lalu, suruhlah membawa sendiri! Begitu!" usul si sulung.
"Iya, betul. Kan ada beberapa botol yang tidak terpakai di rumah. Jadi, mulai besok, Dik Anita bawa dua botol, ya!" kata Pak Suhud.
"Gitu, ya!" muka Anita sedikit cemberut.Â
Pikirnya, "Mana bisa menghabiskan satu botol?"
Tiba-tiba Anto bilang, "Tapi ... kalau tidak habis, ya tidak apa-apa. Asal jangan dibuang, Dik! Jangan alasan lagi karena yang harus kita pikirkan adalah ginjal kita sendiri. Jadi, jangan berbohong juga!"
"Eh, kok Mas Anto tahu apa yang aku pikirkan, ya!" batin Anita.
Namun, ia mengangguk saat kakaknya berbicara.
"Kalau kamu tahu videonya, pasti kamu menangis, Dik! Kami sekelas juga menangis. Mereka masih kecil, tetapi sudah menderita hanya gegara tidak mau minum air putih atau terlalu banyak minum bukan air putih!" ujar Andi tampak murung.
"Kata Bu Guru, Mas juga diminta memberitahukan Ayah Bunda. Kalau bisa mengajak anak-anak untuk melihat video tersebut," lanjutnya.
"Oh, besok Bapak akan menghubungi Bu Guru untuk mengopi videonya biar kita semua bisa melihat di rumah," sanggup Pak Suhud, si sopir baik hati itu.