"Jadi, minuman kemasan dan yang berwarna-warni itu ... tidak sehatkah, Mas?" timbrung Anto.
"Begitulah, Dik. Katanya karena kandungan gulanya terlalu tinggi. Apalagi ada zat pewarna dan pengawetnya segala. Makanya, tadi ... Mas belikan jeruk manis peras yang masih segar dan tanpa gula. Bagaimana? Mas cukup pintar, 'kan pilih minuman sehat?"
"Ooohhh ... begitu, ya!" netra Anita berbinar-binar mendengar penjelasan sang kakak.
"Wah, Mas hebat! Pantas banget kalau Mas jadi dokter, kelak!" sebut Anto sambil menunjukkan jempol manis tangan kanan.
Saat itu Pak Suhud yang tadi ke toilet mendengar uraian si sulung juga mengangguk-angguk.
"Betul sekali! Kalau  kurang minum air putih, ginjal kita juga bisa rusak. Makanya, jangan lupa minum air putih. Sekali lagi: air putih! Bukan yang berwarna-warni, apalagi yang mengandung bahan pengawet, ya!" imbuh Pak Suhud.
"Nah, betul. Sekarang lagi nge-trend anak-anak sakit ginjal sehingga harus cuci darah. Karena itu, kita harus menjaga diri agar tidak demikian! Begitu kata Bu Guru, Dik!" lanjut Andi sambil  mengerjap-ngerjap.
"Wah, terima kasih Mas Andi. Terima kasih Pak Suhud!" ucap Anto bangga.
"Minuman yang dibuatkan Bibi juga enak, segar! Tapi memang enggak begitu manis!" imbuh Andi.
"Minuman di tumblerku juga selalu habis, Mas. Kadang-kadang ada teman yang minta!" jujur si bungsu.
"Hahaha ... kalau habis kauberikan teman, namanya bohong, Dik!" sambut Andi.