Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan, ya, Dik!

31 Agustus 2024   10:36 Diperbarui: 2 September 2024   03:28 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jangan, ya, Dik!

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Minggu pagi yang cerah itu, Andi, Anto, dan Anita sedang ikut kegiatan outdoor di Lapangan Rampal. Kedua orang tua mereka ada acara rapat mendadak di salah satu koperasi yang mereka ikuti. Dengan demikian, ketiga kakak beradik yang terkenal sangat rukun itu diantar sopir pribadi saja.

Sebenarnya, mereka bertiga harus ikut les berenang. Akan tetapi, ternyata kolam renang sedang diperbaiki sehingga aktivitas dialihkan untuk bersepeda santai. Walaupun tidak membawa sepeda sendiri, mereka bisa menyewa karena memang disediakan persewaan sebagai antisipasi untuk mereka yang tidak memiliki atau membawa peralatan tersebut.

Pak Suhud, sopir pribadi yang telah bertahun-tahun ikut dan sudah dianggap sebagai keluarga itu, membantu meminjami uang sewa sehingga ketiga kakak beradik bisa bersepeda santai. Mereka mengelilingi lapangan dengan sangat gembira. Kakak sulung sangat protektif terhadap kedua adik-adiknya. Sungguh, benar-benar seorang kakak yang dapat diandalkan.

Ya, Andi masih berusia sepuluh tahun dan duduk di kelas 4 SD, sementara Anto, si adik masih delapan tahun. Ia duduk di kelas 2 pada SD yang sama. Sedangkan Anita, baru saja berusia 6 tahun dan belum bisa masuk SD karena usia minimal tujuh tahun. Anita masih duduk di TK nol besar.

Ketiga kakak beradik tersebut tumbuh dengan sehat karena kedua orang tua sangat memperhatikan pertumbuhan mereka. Ada seorang ART, kebetulan istri kedua Pak Suhud karena istri pertamanya wafat saat mengandung buah hati mereka. Nyawa ibu dan anak itu keduanya tidak terselamatkan. Konon karena menderita hipertensi dengan tekanan darah terlalu tinggi. Karena itu, Pak Suhud menikahi adik almarhumah istrinya.

Bu Miah, istri Pak Suhud, merupakan sosok yang sangat rajin dan sabar. Melalui jasa kedua suami istri inilah ketiga kakak beradik bertumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang sehat dan menyenangkan.

"Mas, Anita mau minum itu!" ujar si bungsu sambil menunjuk gelas yang sedang dibawa seseorang.

"Mana, Dik?" tanya si sulung Andi.

"Yang itu, loh! Hemmm, haus banget, Mas!" keluh si adik merengek sambil menunjuk seseorang yang sedang minum sogem alias soda gembira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun