Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hati yang Gembira

30 Agustus 2024   18:55 Diperbarui: 30 Agustus 2024   18:58 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Memang, bisa?" tanya trocokan.

"Aku melihat di tempat lain, Kawan. Si ibu pemilik lahan itu mengumpulkan biji-biji amazone yang jatuh, dibersihkan, dijemur, lalu digoreng sangrai. Namanya kacang arab!" jawab burung senior.

"Wuahh ... kalau begitu, Allah menumbuhkan pohon dan buah ini sangat berguna bagi semua makhluk ciptaan-Nya, ya?" seekor trocokan merasa bersyukur.

"Iya! Bahkan, codot pun yang disebut sebagai pemangsa buah-buahan itu juga berguna bagi manusia, loh!" urai si senior bangga.

"Mosok, sih?" beberapa burung liar lain keheranan.

"Iyalah. Empedu dan daging codot itu sebagai obat bagi penderita asma. Konon di Kediri banyak anggota masyarakat yang menjual daging codot sebagai obat ini!"

"Wuaahh ... kita harus bilang ke kerabat codot, nih. Hati-hati dengan manusia!" ujar salah seekor kutilang muda.

"Hahaha ... Kediri sangat jauh dari sini, Kawan! Jangan berita itu kita beritakan pada mereka. Biarkan saja mereka hidup bahagia. Sejelek dan sejahat apa pun, para codot juga menyebarkan benih tanaman buah kok sebenarnya. Hanya, sayangnya ... manusia lebih menyukai benih yang cepat tumbuh, misalnya dengan model setek. Kalau menunggu dari biji, bisa jadi berbuahnya puluhan tahun kemudian!" jelas si senior serius.

"Oh, begitu, ya! Kalau begitu kita beruntung ya, pemilik lahan ini menanam pohon amazone dibiarkan tinggi seperti ini. Sepertinya dikhususkan untuk kita!"

"Ya, betul. Namun, mereka juga menginginkan mendengar kicau kita. Kalau mendengar suara kita berkicau riang, hati mereka pun ikut senang!"

"Begitukah?" tanya trocokan muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun