Dijawabnya pesan itu dengan simbol tertentu yang menandakan kasih sayang.
***
Setelah pertemuan singkat di gedung itu, Yosa harus segera berangkat ke Makassar untuk transit dan besok lanjut terbang ke Papua sebagai duta dari institusi untuk menghadiri pertemuan penting skala nasional. Ya, Yasodana adalah seorang dokter dan dosen fakultas kedokteran di salah satu perguruan tinggi ternama. Tugas hari ini yang bertumpuk mengharuskan dia gerak cepat. Nah, Yaso dan salah seorang teman dokter yang lain bergegas menuju lift.
Saat menggunakan lift untuk turun dari gedung lantai lima, tempat mereka melakukan meeting koordinasi dengan para senior, ternyata terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Ada empat lelaki yang berada di lift itu. Dua orang dokter dan dua yang lain tidak dikenal Yaso. Tiba-tiba lift macet! Padahal, Yaso harus bersegera ke bandara.
Dalam kondisi darurat, ternyata gawai Yaso lowbat. Beruntung  tiga teman lain di tempat tersebut bisa menghubungi orang untuk memberitahu bahwa lift macet. Bersyukur sekali. Seandainya Yaso sendirian, entahlah apa jadinya. Meskipun sudah dikabarkan oleh tiga teman lain di lift itu, pertolongan sangat lamban. Hampir satu jam belum ada kemajuan. Mereka harus bertahan dengan kondisi oksigen menipis di ruang sempit itu.
"Tenang, jangan panik. Mari kita berdoa!" Yaso mengingatkan.
Selemah apa pun kondisinya, berita harus disampaikan bahwa mereka berempat terjebak di lift yang macet. Akhirnya, sekitar hampir tiga jam kemudian kondisi teratasi. Lift bisa diperbaiki dan berjalan normal kembali. Namun, keempat penumpang yang terjebak dalam kondisi tak berdaya. Akhirnya, keempatnya dilarikan ke rumah sakit terdekat. Â
Sekitar pukul 20.00 kondisi Yaso sudah lebih baik. Dia lupa bahwa harusnya malam itu sudah berada di Makassar. Oleh karena itu, segera di-chas gaget yang mati karena kehabisan daya. Dimintanya kepada pihak rumah sakit untuk memberitahukan kepada orang tua di rumah agar menjemputnya. Hal itu karena kendaraan Yaso berada di parkir gedung tempat lift macet.
Malam itu, Yaso dijemput keluarga dengan sukacita. Yaso heran Papa dan Mama serta kakak adiknya menangis. Yaso tidak tahu-menahu alasannya. Namun, setelah diberitahu bahwa pesawat yang hendak ditumpangi hilang kontak, Yaso pun ikut menangis juga.Â
Ternyata, keterlambatannya gegara lift macet, telah menyelamatkan nyawa.
Mendengar berita Tata pingsan, Yaso meminta sopir mengantar ke rumah calon mertua. Semua setuju. Meskipun Yaso dalam kondisi belum mandi sejak pagi tadi.