"Pa, keluarga Mas Handoko -- orang tua Yaso -- masih mengonfirmasi ke pihak  maskapai. Nanti akan dikabari. Kita diminta membantu mendoakan yang terbaik," Bu Marisa memberitahukan isi telepon kepada suami.
Sang suami mengangguk mengiyakan. Ditopanglah kepalanya dengan kedua telapak tangan sambil berulang-ulang mengambil napas dalam.
"Kita harus sabar, Pa, jangan terbawa emosi. Semoga Tuhan menolong Yaso," lirihnya.
"Amin," sambutnya tak kalah pelan. Â
Tata masih pingsan di sofa ruang tamu. Kedua orang tuanya sengaja tidak membawa ke kamar pribadi si gadis agar lebih leluasa.Â
Ruang tamu yang luas menyediakan oksigen lebih baik baginya sehingga diharap segera siuman. Namun, hingga pukul 19.00 malam itu, Tata belum siuman juga.
Berbagai upaya dilakukan oleh sang Mama. Namun, rupanya Tata begitu syok mendengar kabar duka itu.
***
Pagi itu Yaso berpamitan kepada Mamanya bahwa acara hari ini padat sekali. Pagi harus ke klinik menyelesaikan segala sesuatu dan tugas dinas dengan salah seorang teman. Agak siang harus mengikuti pertemuan dengan salah satu rekanan perguruan tinggi yang ditunjuk atasan. Pertemuan tersebut dilaksanakan di sebuah hotel berlantai tujuh.
Kepada Tata juga ada dikabarkan secara singkat acaranya hari ini. Meskipun tidak secara detail, Tata diberitahu kalau ada acara ke Papua, transit di Makassar dengan menggunakan maskapai penerbangan tertentu. Maka, Yaso merasa aman dan baik-baik saja. Tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan. Â
"Hati-hati, ya Mas. Doaku menyertaimu!" tulis Tata singkat sebagai jawaban di WhatsApp-nya.