"Ya, Kawan. Anggota kawanan kami banyak sekali. Kami bangsa rayap tidak boleh bertopang dagu. Masing-masing memiliki tugas dan kewajiban yang harus ditunaikan!" jawab seekor anai-anai lain.
"Ohh ... siapa yang menyuruh kalian? Mengapa harus menyimpan makanan segala?" selidik belalang.
"Ya, meskipun tanpa pemimpin, kami tahu diri. Sementara itu, kami punya Ratu yang harus kami layani. Makanan harus kami cari dan simpan sebaik-baiknya agar di musim hujan dan musin dingin, kami tidak kelaparan!"
"Halaahh ... musim hujan dan musim dingin? Masih lama, itu, Kawan!" ujar belalang meremehkan pernyataan lawan bicara.
"Justru itulah kami harus mempersiapkan jauh-jauh hari. Nanti kalau musim itu tiba, kami tinggal bersantai di dalam sarang dan tidak kelaparan!"
"Hmmm ... mending bersantai saja sekarang. Urusan nanti, ya nanti saja! Begitu saja kok repot" serunya sambil menggeliat.
"Oke, masing-masing punya pendapat dan pemikiran. Kata peribahasa kepala sama berbulu, pendapat berlain-lain. Silakan, Kawan. Kami akan lanjut bekerja!"
"Hei, lihat nih!" ujar Belalang Sembah sambil memamerkan gerakan gemulainya.
"Bagaimana? Indah bukan?" lanjut si Belalang Sembah.
Namun, hewan kecil yang disebut anai-anai itu telah bergabung dengan pasukannya. Diabaikanlah gerakan belalang yang sedang berputar-putar dan menari-nari di dekat mereka.
"Dasar binatang gila! Kurang kerjaan!" gerutu kawanan anai-anai yang sedang giat bekerja tanpa kenal lelah.