Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anai-anai dan Belalang Sembah

27 Agustus 2024   07:10 Diperbarui: 27 Agustus 2024   09:11 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ya, Kawan. Anggota kawanan kami banyak sekali. Kami bangsa rayap tidak boleh bertopang dagu. Masing-masing memiliki tugas dan kewajiban yang harus ditunaikan!" jawab seekor anai-anai lain.

"Ohh ... siapa yang menyuruh kalian? Mengapa harus menyimpan makanan segala?" selidik belalang.

"Ya, meskipun tanpa pemimpin, kami tahu diri. Sementara itu, kami punya Ratu yang harus kami layani. Makanan harus kami cari dan simpan sebaik-baiknya agar di musim hujan dan musin dingin, kami tidak kelaparan!"

"Halaahh ... musim hujan dan musim dingin? Masih lama, itu, Kawan!" ujar belalang meremehkan pernyataan lawan bicara.

"Justru itulah kami harus mempersiapkan jauh-jauh hari. Nanti kalau musim itu tiba, kami tinggal bersantai di dalam sarang dan tidak kelaparan!"

"Hmmm ... mending bersantai saja sekarang. Urusan nanti, ya nanti saja! Begitu saja kok repot" serunya sambil menggeliat.

"Oke, masing-masing punya pendapat dan pemikiran. Kata peribahasa kepala sama berbulu, pendapat berlain-lain. Silakan, Kawan. Kami akan lanjut bekerja!"

"Hei, lihat nih!" ujar Belalang Sembah sambil memamerkan gerakan gemulainya.

"Bagaimana? Indah bukan?" lanjut si Belalang Sembah.

Namun, hewan kecil yang disebut anai-anai itu telah bergabung dengan pasukannya. Diabaikanlah gerakan belalang yang sedang berputar-putar dan menari-nari di dekat mereka.

"Dasar binatang gila! Kurang kerjaan!" gerutu kawanan anai-anai yang sedang giat bekerja tanpa kenal lelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun