Bagus pun menuju kursi yang ditempati kedua gadis itu. Sambil menggoda, Bagus seolah-olah bertanya kepada hadirin, mana yang harus dipilihnya. Tetiba Wawan pun mengikuti langkah Bagus.
"Mas, jangan memilih pilihan hatiku, ya!" bisiknya kepada Bagus.
"Saya tahu!" jawab Bagus mengangguk-angguk.
"Saya memilih ...." Â ketika Wawan belum selesai bicara dipotonglah oleh Bagus.
"Dik Melani untuk saya, ya Dik Wawan!" sambut Bagus cukup lantang.
Tepuk tangan riuh membahana di area ruang tamu itu. Selanjutnya, kedua pemuda tersebut menuju kursi mendekati gadis yang dipilihnya.
"Maukah engkau menjadi istriku, Dik?" tanya Wawan kepada Meylina yang langsung dijawab anggukan dan senyum manis.
"Apakah engkau bersedia menjadi ibu dari anak-anakku, duhai gadis cantik?" rayu Bagus kepada Melani.
Seketika Melani pun membalas dengan anggukan sambil menitikkan air mata.
"Demikianlah acara lamaran dua pasang calon mempelai malam ini. Saatnya hadirin dimohon ke ruang tengah karena makan malam sudah disiapkan Bi Imah!" sambut Klana diiringi tepuk tangan meriah semua yang hadir.
"Hahaha ... untuk menghemat biaya, bagaimana kalau pernikahan kedua putra putri kita ini disatukan saja?" ujar sang ayah tiba-tiba.