"Eh, Mas ... boleh enggak saat dia pergi kita ikut ngantar di bandara, ya?"
"Hmm, nantilah kutanyakan. Kalau dia izinkan, adik akan kuajak. Bagaimana?"
"Iya, Mas!"
***
Suatu malam, Gunawan datang bersama ayah bundanya. Ternyata mereka berpamitan hendak pindah ke luar negeri. Rumah akan disewa oleh salah seorang ekspatriat, rekanan sang ayah di departemen luar negeri.
Dengan sangat akrab dan santun, Wawan berpamitan dengan seluruh keluarga besar Klana. Kedua orang tuanya pun berterima kasih atas atensi keluarga Klana dalam menerima Gunawan, bukan hanya sebagai seorang kawan, melainkan layaknya seorang anggota keluarga.
Kebetulan sekali malam itu sang ayah sedang berada di rumah. Baru kemarin tiba dari Papua. Wawan sangat senang karena selama ini hampir dikatakan tidak pernah bertemu dengan sosok tersebut.
"Suatu saat kelak, aku akan kembali untukmu!" ujar Wawan sambil tersenyum sangat manis kepada Meylina.
"Maksudnya?" kejar Meylina dengan hati nano-nano.
"Yaaa, aku akan menjemputmu, Meylina! Jagalah hati dan dirimu baik-baik. Kejarlah mimpimu sambil tetap berdoa. Jangan lupa, doakan aku juga!" pesannya dengan netra berbinar-binar.
"Hei ... kalian ini kok mojok berdua, emang ada apa?" selidik Melani melihat Wawan sedang berduaan dengan si bungsu.