Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Pemilik 25 judul buku solo dan 164 judul antologi

Menulis bukan sekadar hobi, melainkan kebutuhan. Sebagaimana udara yang terjebak di usus jika tak keluar sebagai kentut akan menyakitkan. Namun, setelah keluar betapa lega rasanya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Silent of Love (Part 6)

13 Agustus 2024   16:09 Diperbarui: 13 Agustus 2024   16:12 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Tapi ... Lina masih kesal, Bunda!"

"Justru masalah ini mengajari dan mengajar Lina untuk bisa berbuat sabar, ikhlas, dan tulus baik memberi maaf,  maupun untuk meminta maaf juga!"

"Meminta maaf? Bukankah Lina enggak bersalah, Bunda? Mengapa harus Lina yang meminta maaf?"

"Dalam kamus relasi manusiawi, enggak ada yang namanya manusia itu bersih dari dosa dan kesalahan. Walaupun tidak disengaja, tidak dirasakan, manusia pasti memiliki dosa. Adalah suatu kesombongan jika tidak mengakuinya. Sementara, Allah akan mengampuni dosa tersebut ketika kita meminta maaf, baik kepada manusia, maupun kepada Tuhan. Uniknya, jika kita tidak mengampuni sesama kita, Allah pun tidak berkenan mengampuni dosa kita. Nah, jadi ... bagaimana? Kalau Allah saja mengampuni, masakan kita mau sombong dengan bersikukuh tidak mau mengampuni? Padahal, kita tahu kalau tidak mengampuni sesama, otomatis juga tidak diampuni-Nya, loh!"

"Emmmmmh, begitu ya Bun?"

"Iya, Sayang! Apa, sih beratnya mengampuni? Anggap saja orang yang membuatmu sakit hati, kecewa, atau tidak nyaman itu tidak sengaja. Cukuplah. Pasti kamu bisa memaklumi, kemudian mengampuninya."

"Lina malu sama Mas Wawan, Bun!"

"Nggak apa-apa. Nanti, kita bisa menjelaskan segala sesuatunya sehingga semuanya menjadi clean and clear. Bagaimana? Apakah kamu membiarkan duka hatimu dan duka hati mereka terpendam sampai matahari tenggelam? Bagusnya, ya ... segera diselesaikan secepatnya agar nanti malam bisa tidur dengan nyenyak, Nak!"

"Bagaimana, ya, Bun?"

Sebentar kemudian, terlihat sang bunda sedang memanggil via telepon selular yang dipegangnya. Tidak sampai sepuluh menit, dua orang pemuda datang pada Bunda.

Si kakak sulung dengan sahabatnya! Karena merasa malu, Lina menyembunyikan mukanya dengan bantal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun