"Ya, akulah yang seringkali dipakai oleh Tuhan sehingga menjadi suara Tuhan dalam hal segala sesuatu yang baik, yang membawa berkat! Sebaliknya, kalau hal-hal salah dan jelek serta bertentangan dengan firman Tuhan, berarti itu iblis yang ingin menjerumuskan manusia, termasuk kamu. Makanya, selalulah berharap dan berkomunikasi dengan Tuhan, Allahmu yang esa itu agar suara-Nyalah yang kau dengar sebagai suara hatimu itu!"
"Oh, gitu, ya!"
"Iya, Lina! Ketika kamu bersenandika seperti ini, selalulah sebut nama Tuhanmu dan hadirkan Dia di dalam hatimu sehingga yang terjadi adalah komunikasimu dengan Dia yang bertahta di surga!"
"Terima kasih, wahai sanubariku ... yang telah mengingatkanku akan hal-hal baik dan kebaikan. Semoga Allah yang senantiasa menonton ulahku pun menuntun ke jalan yang benar sesuai kehendak-Nya, amin!"
"Amin!" Â
Ketika Lina selesai bersenandika, didengarnya suara ketukan pintu dengan lembut.
Ternyata, sang bundalah yang sedang berada di hadapannya, di ambang pintu.
"Bundaaa ...," lirihnya.
"Ada apa, bungsuku ... Sayang?"
"Enggak apa-apa, Bund. Tadi mata Lina sempat kelilipan sehingga Lina kucek dan jadi seperti ini!"
"Oooh, ...!"
"Sekarang sudah baikan, kok. Bunda ada perlu dengan Linakah?"