"Oke, deh. Tunggu sebentar. Kucari bundaku dulu!"
Ketika beberapa saat Klana mencari bundanya, Wawan pun berpikir keras. Apa iya Lina menyukai dirinya? Jika memang benar, berarti selama ini ia tidak bertepuk sebelah tangan. Ia merasa, adik bungsu sahabatnya ini sangat spesial. Lucu, imut, santun, dan sangat manis. Namun, ia merasa si bungsu ini masih terlalu kecil untuk mengenal cinta. Sama halnya dengan dirinya sendiri. Ia berjanji akan fokus bersekolah hingga kuliah dulu. Nanti, jika kuliahnya beres, barulah ia memikirkan masalah cinta. Kalau sekadar pertemanan saja, okelah. Siapa pun boleh menjadi teman, bahkan sahabatnya.
Kalau diam-diam ia merasa kangen, ingin mendengar suara lembut Lina, itu merupakan hal biasa saja. Tidak dipikirkan secara mendalam. Wajar kalau karena terbiasa mendengar suara dan melihat sosoknya, lalu belakangan ini jarang  bertemu menjadi kangen. Rindu untuk bertemu dengan keluarga sahabatnya yang sudah dianggapnya keluarga sendiri itu. Apalagi kedua orang tuanya pun jika datang selalu bertandang ke rumah keluarga Klana. Jadi, rasa rindunya tergolong wajar-wajar saja, kan?
***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H