Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gelang Giok (Part 18)

26 Juli 2024   04:36 Diperbarui: 26 Juli 2024   04:38 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Bagai disambar halilintar, keduanya sangat terkejut. Bahkan, kedua tangan Ami gemetaran.

"Bagaimana ini?" lirihnya.

Kedua orang tua angkat itu akhirnya membuka rahasia jati diri bocah yang sedang diamanahkan kepada mereka. Akan tetapi, mengingat keinginan kedua bocah untuk bisa berbahasa Inggris dan pergi ke luar negeri, Adi dan Ami berjanji akan menawarkan kepada anak-anak terlebih dahulu. Siapa tahu justru kedua bocah itu malah mau untuk diadopsi. Bukankah mereka berdua mengaku harus sukses manakala bertemu kedua orang tua kandungnya?

Ketika Adi dan Ami membicarakan dengan kedua bocah itu, ternyata prediksinya  benar. Mereka berdua bersedia diadopsi dengan catatan tidak mau terpisahkan. Mereka berjanji akan belajar dengan sungguh-sungguh dan suatu hari nanti harus menjadi orang sukses. Saat bertemu dengan kedua orang tua kandung, mereka ingin memberikan kejutan. Itu tekad kakak beradik tersebut.

Adi dan Ami awalnya sangat bingung mengingat amanah sang juragan untuk menjaga mereka. Namun, karena tekad kedua bocah sangat bulat, Adi dan Ami tidak bisa berbuat lain. Mereka terpaksa mengizinkan kedua anak asuhnya itu dibawa terbang ke benua lain.
Sekitar satu setengah tahun lebih sedikit membersamai mereka, aura bahagia sangat mendominasi setiap hari. Kedua bocah itu benar-benar menjadi pribadi yang low profile, perhatian, dan menikmati hidup keagamaan dengan baik.

"Jangan takut Pa, Ma. Kami akan terbang, tetapi siap kembali suatu saat nanti!" ucap Una berdiplomasi.

"Yang penting Una dan Uni tetap tidak terpisahkan, Pa, Ma. Kalau sudah besar nanti, pasti kami akan mencari Papa dan Mama! Juga Ayah dan Ibu!" netra kedua bocah itu mengerjap dengan indah walau bibirnya mengukir senyum begitu manis.

Ami tidak dapat menyembunyikan tangis. Kedua bocah itu dipeluk dan diciumi bergantian dengan mesra.

"Kami akan selalu mendoakan kalian, Nak. Di mana pun berada biarlah tangan Tuhan berkarya, amin!"

***  

Pesona Pantai Prigi

"Mas lusa ... sebelum Larung Sembonyo kalau bisa isi kontainer sudah siap ya," pinta De One kepada Sabrang.

"Nggih, layur dan tuna kayaknya lumayan," jawabnya.

"Kabar lorjuk bagaimana?"

"Harus saya cek dulu di Pos Kamal, Mas Brow!" jawabnya.

"Oke deh. Seadanya saja, nanti bisa ditambah di Kamal, 'kan?"

"Nggih, kita coba!"

Setelah lima tahun pelarian, De One dan Sabrang berhasil menjadi pengepul sekaligus eksportir layur, lobster, dan lorjuk serta tuna yang disebutnya L3T dari pantai selatan Laut Jawa itu. Perjuangan berat  melewati fase perkenalan dan adaptasi sudah dilaluinya dengan penuh lika-liku. Kini usaha kolaborasi mereka sudah tampak berjalan walau masih tertatih-tatih.

Beruntung Sabrang memiliki keluarga terpandang sebagai sosok yang disegani di Pantai Prigi itu. Melalui kesempatan yang diberikan secara luas oleh keluarganya itulah De One bangkit kembali. Daerah pantai yang memiliki masyarakat agraris tersebut sungguh telah berhasil menjadi tempat bertapa sekaligus bermetamorfosis. Dari usaha furniture alias mebel yang dalam KBBI berarti perabot yang diperlukan, berguna, atau disukai seperti barang atau benda yang dapat dipindah-pindah digunakan  untuk melengkapi rumah, kantor, dan sebagainya itu ia beralih total ke hasil laut. Menceburkan diri ke tempat pelelangan ikan yang awalnya memualkan perut itu ternyata menjadi mata pencaharian yang lumayan menghidupkan kerajaan bisnis keluarganya.

Flashback sebentar bagaimana petualangan sang eksekutor, sebelum sampai titik tertinggi seperti saat ini. Menoleh sejenak ke masa silam hingga sampai di tempat itu. Ketika jauh dari Plolong dan Plenggong, Sadrach mengganti nomor gawainya agar tidak lagi bisa dihubungi oleh Geng Genggong Group dan disangka tewas bersama majikannya. Sadrach tidak ingin meninggalkan jejak sehingga saudara kembar majikan dan kelompoknya itu tidak bisa melacaknya.

Sadrach membawa mobil mereka ke arah barat, melewati daerah pegunungan dengan jalanan berliku. Kiri kanan jalan adalah tebing dan jurang menganga begitu banyak sehingga jika sopir kurang piawai bisa saja celaka. Jalan sempit, banyak kelokan, turunan, dan tanjakan. Seperti lazimnya daerah pegunungan dan hutan yang rawan longsor, di situ pun sering berkabut. Maka, tidak heran jika sering sekali terjadi laka lantas.

Belum lagi daerah tersebut merupakan jalur lalu lintas pun padat terutama hari libur. Maklum jalan itu merupakan satu-satunya akses menuju daerah wisata terkenal. Dengan  kecerdikannya, dia mengganti kendaraan bermotor milik keluarga tersebut. Kendaraan milik keluarga yang digunakan semula adalah kendaraan standar yang cukup bagus. Dia serah terimakan kendaraan tersebut pada seorang aparat, menitipkan dan menyelamatkannya dengan surat perjanjian bermeterai.

Selanjutnya, perjanjian dikopigandakan dan dibagikan salah satunya kepada pengacara keluarga. Tahap berikutnya, dia sengaja membeli mobil bekas dari bengkel dan sengaja dikemas seolah-olah terjadi kecelakaan lalu lintas. Mobil bekas tersebut sengaja dibakar seolah-olah menghilangkan jejak kecelakaan yang membawa korban tiga orang, yakni Sadrach, Pak Darman, dan Bu Binar. 

Dengan demikian, anggota Geng Genggong Group tahunya ketiga orang telah tewas di jurang bersama mobil keluarga.
Sadrach dikabarkan hilang bersama penumpang kendaraan yang mengalami laka lantas di daerah Pujon. Pada kenyataannya, sepengetahuan Tamtomo yang dijuluki Ketam dan Prastowo  dengan nama samaran Kepras, ketiga orang yang berada di mobil pengganti telah selamat.

Sadrach yang kini berganti nama Sabrang  itu membawa majikan ke arah Kota Kediri melewati Srengat, Blitar. Sesampai di Ngantru, kendaraan membelok ke kiri arah ke Tulungagung, kemudian melanjutkan ke barat, ke arah Trenggalek. Sesampai di Desa Durenan, sopir mengarahkan kendaraan berbelok ke kiri, menuju arah Kota Bandung, dan tahap terakhir melanjutkan perjalanan ke pedalaman desa di pantai selatan.

Dari Kota Bandung, ganti kendaraan kecil semacam jeep. Hal ini karena kondisi jalan yang hendak dilalui juga bukan merupakan jalan lebar. Sampailah akhirnya mereka di pos finish, yakni Pasar Selawe. Perjalanan berakhir sejenak. Kedua korban mulai sadar. Semua ikatan telah dibuka dan dikemukakanlah bahwa mereka telah melalui misi penyelamatan. Perjalanan sekitar delapan jam menempuh ratusan kilometer itu diharapkan bisa mengelabui Geng Genggong Group hingga grup penjahat tersebut kehilangan jejak.

Apakah perjalanan sudah berakhir? Ternyata belum! Masih dilanjutkan dengan mengendarai kuda menuju sebuah rumah joglo nun di pedalaman. Pasangan suami istri yang menjadi target penculikan tersebut sangat heran atas kesetiaan sang pengawal. Sejak saat itu, mereka bertiga berikrar hendak menumpas kejahatan dengan cara sukses mengembangkan potensi diri.

Lima tahun bukan waktu yang pendek untuk mempelajari dan mendalami budaya masyarakat serta pernak-pernik bisnis perikanan laut yang digelutinya. Lima tahun pula ia bisa bangkit dari keterpurukan setelah diikutinya jejak Ibu Susi Pujiastuti mantan Menteri 

Kelautan yang telah puluhan tahun berjaya dan berkibar di tanah air.

"Aku pasti bisa!" kalimat itulah yang memompa adrenalinnya untuk bangkit dan unjuk gigi.

Namun, seiring perjalanan waktu ingatan terhadap putra semata wayang pun masih terngiang dan tak terhapus di dalam memori ingatannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun