Bagai disambar halilintar, keduanya sangat terkejut. Bahkan, kedua tangan Ami gemetaran.
"Bagaimana ini?" lirihnya.
Kedua orang tua angkat itu akhirnya membuka rahasia jati diri bocah yang sedang diamanahkan kepada mereka. Akan tetapi, mengingat keinginan kedua bocah untuk bisa berbahasa Inggris dan pergi ke luar negeri, Adi dan Ami berjanji akan menawarkan kepada anak-anak terlebih dahulu. Siapa tahu justru kedua bocah itu malah mau untuk diadopsi. Bukankah mereka berdua mengaku harus sukses manakala bertemu kedua orang tua kandungnya?
Ketika Adi dan Ami membicarakan dengan kedua bocah itu, ternyata prediksinya  benar. Mereka berdua bersedia diadopsi dengan catatan tidak mau terpisahkan. Mereka berjanji akan belajar dengan sungguh-sungguh dan suatu hari nanti harus menjadi orang sukses. Saat bertemu dengan kedua orang tua kandung, mereka ingin memberikan kejutan. Itu tekad kakak beradik tersebut.
Adi dan Ami awalnya sangat bingung mengingat amanah sang juragan untuk menjaga mereka. Namun, karena tekad kedua bocah sangat bulat, Adi dan Ami tidak bisa berbuat lain. Mereka terpaksa mengizinkan kedua anak asuhnya itu dibawa terbang ke benua lain.
Sekitar satu setengah tahun lebih sedikit membersamai mereka, aura bahagia sangat mendominasi setiap hari. Kedua bocah itu benar-benar menjadi pribadi yang low profile, perhatian, dan menikmati hidup keagamaan dengan baik.
"Jangan takut Pa, Ma. Kami akan terbang, tetapi siap kembali suatu saat nanti!" ucap Una berdiplomasi.
"Yang penting Una dan Uni tetap tidak terpisahkan, Pa, Ma. Kalau sudah besar nanti, pasti kami akan mencari Papa dan Mama! Juga Ayah dan Ibu!" netra kedua bocah itu mengerjap dengan indah walau bibirnya mengukir senyum begitu manis.
Ami tidak dapat menyembunyikan tangis. Kedua bocah itu dipeluk dan diciumi bergantian dengan mesra.
"Kami akan selalu mendoakan kalian, Nak. Di mana pun berada biarlah tangan Tuhan berkarya, amin!"
*** Â
Pesona Pantai Prigi