Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gelang Giok (Part 18)

26 Juli 2024   04:36 Diperbarui: 26 Juli 2024   04:38 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Mas lusa ... sebelum Larung Sembonyo kalau bisa isi kontainer sudah siap ya," pinta De One kepada Sabrang.

"Nggih, layur dan tuna kayaknya lumayan," jawabnya.

"Kabar lorjuk bagaimana?"

"Harus saya cek dulu di Pos Kamal, Mas Brow!" jawabnya.

"Oke deh. Seadanya saja, nanti bisa ditambah di Kamal, 'kan?"

"Nggih, kita coba!"

Setelah lima tahun pelarian, De One dan Sabrang berhasil menjadi pengepul sekaligus eksportir layur, lobster, dan lorjuk serta tuna yang disebutnya L3T dari pantai selatan Laut Jawa itu. Perjuangan berat  melewati fase perkenalan dan adaptasi sudah dilaluinya dengan penuh lika-liku. Kini usaha kolaborasi mereka sudah tampak berjalan walau masih tertatih-tatih.

Beruntung Sabrang memiliki keluarga terpandang sebagai sosok yang disegani di Pantai Prigi itu. Melalui kesempatan yang diberikan secara luas oleh keluarganya itulah De One bangkit kembali. Daerah pantai yang memiliki masyarakat agraris tersebut sungguh telah berhasil menjadi tempat bertapa sekaligus bermetamorfosis. Dari usaha furniture alias mebel yang dalam KBBI berarti perabot yang diperlukan, berguna, atau disukai seperti barang atau benda yang dapat dipindah-pindah digunakan  untuk melengkapi rumah, kantor, dan sebagainya itu ia beralih total ke hasil laut. Menceburkan diri ke tempat pelelangan ikan yang awalnya memualkan perut itu ternyata menjadi mata pencaharian yang lumayan menghidupkan kerajaan bisnis keluarganya.

Flashback sebentar bagaimana petualangan sang eksekutor, sebelum sampai titik tertinggi seperti saat ini. Menoleh sejenak ke masa silam hingga sampai di tempat itu. Ketika jauh dari Plolong dan Plenggong, Sadrach mengganti nomor gawainya agar tidak lagi bisa dihubungi oleh Geng Genggong Group dan disangka tewas bersama majikannya. Sadrach tidak ingin meninggalkan jejak sehingga saudara kembar majikan dan kelompoknya itu tidak bisa melacaknya.

Sadrach membawa mobil mereka ke arah barat, melewati daerah pegunungan dengan jalanan berliku. Kiri kanan jalan adalah tebing dan jurang menganga begitu banyak sehingga jika sopir kurang piawai bisa saja celaka. Jalan sempit, banyak kelokan, turunan, dan tanjakan. Seperti lazimnya daerah pegunungan dan hutan yang rawan longsor, di situ pun sering berkabut. Maka, tidak heran jika sering sekali terjadi laka lantas.

Belum lagi daerah tersebut merupakan jalur lalu lintas pun padat terutama hari libur. Maklum jalan itu merupakan satu-satunya akses menuju daerah wisata terkenal. Dengan  kecerdikannya, dia mengganti kendaraan bermotor milik keluarga tersebut. Kendaraan milik keluarga yang digunakan semula adalah kendaraan standar yang cukup bagus. Dia serah terimakan kendaraan tersebut pada seorang aparat, menitipkan dan menyelamatkannya dengan surat perjanjian bermeterai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun