Selanjutnya, perjanjian dikopigandakan dan dibagikan salah satunya kepada pengacara keluarga. Tahap berikutnya, dia sengaja membeli mobil bekas dari bengkel dan sengaja dikemas seolah-olah terjadi kecelakaan lalu lintas. Mobil bekas tersebut sengaja dibakar seolah-olah menghilangkan jejak kecelakaan yang membawa korban tiga orang, yakni Sadrach, Pak Darman, dan Bu Binar.Â
Dengan demikian, anggota Geng Genggong Group tahunya ketiga orang telah tewas di jurang bersama mobil keluarga.
Sadrach dikabarkan hilang bersama penumpang kendaraan yang mengalami laka lantas di daerah Pujon. Pada kenyataannya, sepengetahuan Tamtomo yang dijuluki Ketam dan Prastowo  dengan nama samaran Kepras, ketiga orang yang berada di mobil pengganti telah selamat.
Sadrach yang kini berganti nama Sabrang  itu membawa majikan ke arah Kota Kediri melewati Srengat, Blitar. Sesampai di Ngantru, kendaraan membelok ke kiri arah ke Tulungagung, kemudian melanjutkan ke barat, ke arah Trenggalek. Sesampai di Desa Durenan, sopir mengarahkan kendaraan berbelok ke kiri, menuju arah Kota Bandung, dan tahap terakhir melanjutkan perjalanan ke pedalaman desa di pantai selatan.
Dari Kota Bandung, ganti kendaraan kecil semacam jeep. Hal ini karena kondisi jalan yang hendak dilalui juga bukan merupakan jalan lebar. Sampailah akhirnya mereka di pos finish, yakni Pasar Selawe. Perjalanan berakhir sejenak. Kedua korban mulai sadar. Semua ikatan telah dibuka dan dikemukakanlah bahwa mereka telah melalui misi penyelamatan. Perjalanan sekitar delapan jam menempuh ratusan kilometer itu diharapkan bisa mengelabui Geng Genggong Group hingga grup penjahat tersebut kehilangan jejak.
Apakah perjalanan sudah berakhir? Ternyata belum! Masih dilanjutkan dengan mengendarai kuda menuju sebuah rumah joglo nun di pedalaman. Pasangan suami istri yang menjadi target penculikan tersebut sangat heran atas kesetiaan sang pengawal. Sejak saat itu, mereka bertiga berikrar hendak menumpas kejahatan dengan cara sukses mengembangkan potensi diri.
Lima tahun bukan waktu yang pendek untuk mempelajari dan mendalami budaya masyarakat serta pernak-pernik bisnis perikanan laut yang digelutinya. Lima tahun pula ia bisa bangkit dari keterpurukan setelah diikutinya jejak Ibu Susi Pujiastuti mantan MenteriÂ
Kelautan yang telah puluhan tahun berjaya dan berkibar di tanah air.
"Aku pasti bisa!" kalimat itulah yang memompa adrenalinnya untuk bangkit dan unjuk gigi.
Namun, seiring perjalanan waktu ingatan terhadap putra semata wayang pun masih terngiang dan tak terhapus di dalam memori ingatannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H