Netra Krishna pun tak mampu dipicingkan barang sejenak. Teringat akan alur hidupnya dua tahun belakangan. Mengapa Arumi tega mengkhianati dan meninggalkannya menikah dengan lelaki lain? Lalu, kini dia terbelenggu di kamar ini dengan seorang wanita hamil yang membutuhkan pendampingan, kasih sayang, dan perhatian sepenuh jiwa raga, serta setulus hati. Jalan hidup yang tidak pernah dia sangka dan bayangkan sebelumnya.
"Ah, bukankah manusia pada dasarnya hanya wayang semata? Wayang yang harus menuruti apa kata sang dalang!" senandikanya lirih.
Tetiba Anye tersentak dan terbangun, "Mas," keluhnya.
"Ya, Anye," jawab Krishna pelan.
Anye menggeliat-geliat sambil memegangi pinggang dan perutnya.
"Sakit?" tanya Krishna.
Anye mengganguk-angguk dengan mata agak mengantuk.
"Ya, tidurlah saja. Jangan  berteriak, tetapi tiup-tiup lalu lepaskan begini," kata Krishna sambil memberikan contoh.
Krishna mengelus-elus pinggang dan memijit-mijit bahu Anye agar merasa lebih santai. "Rupanya si debay sudah mau lahiran, nih," ujarnya.
"Anye boleh minta lagi?" tanyanya tiba-tiba.
"Minta apa?" Krishna heran karena tidak paham bahwa wanita pun bisa saja meminta sesuatu yang dibutuhkannya. Hal yang tidak dipahami Krishna sebelumnya.