Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Anyelir (Part 22)

4 Juli 2024   17:04 Diperbarui: 4 Juli 2024   17:11 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Upaya dan Pengorbanan Krishna 

"Cinta seperti penyair berdarah dingin yang pandai menorehkan luka. Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya." - Joko Pinurbo.

"Rindu menebarkan rasa sepasang ingatan yang tak ingin hilang, menjelma genang air mata." - Prilly Latuconsina.

Pagi itu Krishna memberi tahu seisi rumah, yakni Bi Lasmi selaku asisten rumah tangga dan Suster Sri sebagai perawat pribadi, bahwa dia akan memperlakukan Anye secara lebih lembut seolah-olah suaminya. Jadi, kalau mereka melihat Krishna mencium pucuk kepala Anye, mengelus perut, atau kalau perlu sedikit berlebih, mereka tidak perlu khawatir. Itu hanya suatu cara untuk mengembalikan gairah hidup Anye demi pemulihan kesehatan jiwanya.

"Dokter ... apakah istri Dokter tidak keberatan dengan pengorbanan seperti itu?" tanya Suster Sri.

"Sudah saya pikirkan dengan matang, Suster. Lagi pula saya masih belum terikat oleh siapa pun. Calon tunangan saya setengah tahun silam memutuskan hubungan kami dan kini dia telah menikah dengan pria lain!"

"Owh!"

"Ya, begitulah hidup dan kehidupan, Suster! Kita nikmati saja alurnya sehingga tidak sakit jiwa kita!" sang dokter pun tersenyum kepada kedua wanita baik hati yang menunjukkan kasihnya kepada Anye dengan tulus tersebut.

Ketika Anye sudah selesai dirawat oleh sang suster, Krishna pun membawanya ke teras depan. Saat itu kawanan kutilang sedang bertandang. Mendengar kicau sang kukila, tetiba ingatan Anye berputar menuju beberapa bulan silam.

Dia  teringat saat itulah Jalu melepaskan statusnya sebagai seorang gadis. Tidak dengan paksa, tetapi dengan sangat manis. Teringat bagaimana sang suami itu memperlakukannya dengan begitu lembut.

"Permisi, Sayang ... izinkan aku yang hendak membawamu terbang ke bulan!" rayu lirih Jalu di telinganya saat itu, beberapa detik sebelum statusnya berubah drastis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun