Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - menulis itu bikin kuat daya ingat

Menulis yang bisa ditulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mematahkan Belenggu Cinta

21 Juni 2024   22:14 Diperbarui: 21 Juni 2024   22:38 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mematahkan Belenggu Cinta
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

"Bunga ...!" teriaknya sambil mengejar mobil Bunga yang baru saja meninggalkan ruang parkir.

Akan tetapi, Bunga tidak menghentikan kendaraannya. Mobil putih itu melaju cukup kencang sehingga Fritz tidak dapat mengejarnya.
Bunga, gadis manis itu baru saja menyelesaikan tugas akhirnya sebagai mahasiswi fakultas kedokteran. Sebentar lagi akan mengikuti wisuda untuk gelar S.Ked-nya, tetapi tentu saja ia masih harus menambah sekitar dua tahun lagi untuk menyelesaikan coas.

Sejak dua semester belakangan, antara Bunga dan Fritz terdapat ikatan khusus sehingga hari-hari mereka dihiasi senyum dan tawa ceria. Namun, ada kendala yang membuat mereka harus berpikir ulang untuk melanjutkan hubungan ke jenjang lebih serius. Oleh karenanya, Bunga tidak bersedia bertemu lagi setelah dua hari lalu kekasihnya mengatakan bahwa orang tuanya kurang  merestui hubungan mereka. Ada pendar kecewa terlintas dalam bola netra Bunga sesaat dilihatnya Fritz beberapa puluh meter di depannya. Bunga pun segera menghindar dengan sengaja menuju kendaraan dan memacu secepatnya.

Bunga Auristela, seorang gadis cerdas, salah satu putri pengusaha dan pemilik perkebunan kelapa sawit terkenal itu diizinkan berkuliah di Pulau Jawa hingga sang Mama rela ikut menemaninya. Sementara Bintang Perdana Putra, kakak sulung Bunga sedang berkuliah di ibu kota. Sang Papa membelikan masing-masing sebuah rumah kepada kedua putra putri kesayangan tersebut di dekat kampus agar memudahkan mereka melaksanakan perkuliahan.

Karena prestasi akademik Bintang dan Bunga sangat cemerlang, keduanya masuk fakultas kedokteran pada universitas negeri terbaik di negeri ini. Hanya saja tempat dan universitasnya berbeda. Jika Bintang sudah menyelesaikan tugas coas-nya, Bunga bulan depan akan memulainya.  Kedua mereka sangat rukun, ramah, dan santun sehingga banyak orang tua merasa iri kepada Papa Mamanya. 


Harta berlimpah, anak-anak rupawan, pintar, santun, dan sangat membanggakan. Tidak mengherankan jika keluarga ini menjadi anutan keluarga lain karena di antara mereka saling menyayangi satu sama lain.

Paling tidak sebulan sekali mereka menjadwalkan pertemuan anggota keluarga lengkap. Kadang pertemuan dilakukan di kota tempat Papa bertugas, kadang di Jawa Timur tempat Bunga berkuliah, dan tidak jarang di Jawa Barat tempat Bintang berkuliah. Adapun Mama bergilir berada di rumah Papa di luar Jawa dan di tempat Bunga sedang berkuliah. Papa pun berputar di tiga rumah agar putra putrinya merasakan kasih sayang orang tua.

Sebenarnya, Fritz sangat menyayangi Bunga. Namun, orang tua Fritz menginginkan agar anak semata wayangnya itu melanjutkan kuliah di luar negeri. Padahal, Fritz ingin segera mempersunting pujaan hatinya itu. Kalaupun harus berkuliah di luar negeri, Fritz ingin sudah mengakhiri masa lajangnya dengan kekasihnya itu.

Pemuda blasteran itu sudah mengemukakan keinginan orang tuanya kepada Bunga sehingga membuatnya menangis. Bunga tidak bisa menghalangi rencana orang tua Fritz untuk menahan anaknya itu tetap tinggal di Indonesia. Itulah mengapa hatinya sangat sedih dan galau. Ketika diketahui gelagat orang tua yang seolah menghalangi percintaan mereka, Bunga pun limbung.

Bunga menghentikan kendaraannya di tempat parkir sebuah caf. Dipilihnya tempat strategis, tempat mereka berdua terbiasa duduk menghabiskan akhir pekan. Bunga menyeka tirta netra yang mengalir tak terbendung dengan tissue yang diambil dari dalam hand bag-nya.  Dipesannya secangkir kopi latte capucino dan kudapan ringan sesuai yang tertera pada daftar menu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun