Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tulang Rusuk yang Tercecer

13 Juni 2024   07:51 Diperbarui: 13 Juni 2024   11:02 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"He ... he ... he," sambil menoleh padaku Bli Kadek pun tertawa.

"Aku juga nggak sadar menanyakan seperti itu ...," lanjutnya. "Kamu cantik sih, Dik. Kupikir mestinya sudah punya pacar. Kalau memang belum ... he he ... aku juga mau jadi pendamping hidupmu!" jawabnya jujur.

"Nah, iya ... itulah sebabnya Bli Kadek kuminta menemani. Kalau  kami sibuk dengan anak-anak, 'kan Unin ada teman ngobrol yang asyik. Kalian berdua cocok, loh!" teriak kakak dari jok belakang. Kami pun tertawa ....

"Masak sih ... lagian belum kenal juga ... Bli ini main nembak saja!" jawabku bergurau.

"Lah, daripada kedahuluan orang ... mending memberanikan diri saja!" serunya sambil tertawa.

"Itu bisa dipercaya, nggak?" sergah iparku.

"Pria Bali pantang berkata bohong, loh! Dik Unin mau nggak jadi pacar sekaligus calon istriku?" Dengan muka serius sambil menengok ke arahku.

Pria tampan dan gagah yang baru sehari kukenal ini menyita perhatianku. Jujur, sejak melihat pada pandangan pertama, hatiku nyaman berada di dekatnya. Sorot mata biru teduhnya seolah melindungiku dari kesakitan. Seharian bersamanya kuketahui bahwa dia sangat perhatian, care, humble, ringan tangan, dan selera humornya tinggi.

"Pribadi yang memesona, idolaku," batinku.

Namanya Kadek Mahardika. Konon ibunya Bali dan ayahnya bule Australia. Karena itu, Bli Kadek yang blasteran terlihat sangat tampan mewarisi perawakan, kulit, hidung mancung, dan mata biru ayahnya. Sayang, kedua orang tuanya mengalami musibah kecelakaan lalu lintas ketika Bli Kadek masih berusia sekolah dasar sehingga harus diasuh di panti asuhan.

"Aku mau lanjut kuliah di Jawa. Aku mau kita sudah resmi ketika aku dan kamu masih sama-sama kuliah. Bagaimana?" tanyanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun