Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pot Kembang Telang

13 Juni 2024   05:13 Diperbarui: 13 Juni 2024   07:34 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***  

Erasmo Kylan Syamsir yang bermakna laki-laki prajurit kecil yang sangat mudah dicintai banyak orang ini ketika kubeberkan statusku berkilah sedemikian menenangkan dan menyenangkan. Beda tipis sekali ya ... antara menenangkan dan menyenangkan bagi seorang janda sepertiku.  

Kakek Eras memang berdarah Spanyol, sementara sang nenek Jawa asli. Mereka bertemu ketika sama-sama dalam perjalanan menuju pulau dewata bertahun-tahun silam. Akhirnya, kakek Eras tidak kembali ke negaranya, tetapi menikah dengan sang nenek dan beranak pinak di Indonesia. Sayang, mereka hanya dianugerahi dua orang putra, termasuk ayah Eras. Bibi Eras ternyata memperoleh jodoh bule Australia dan pindah ke Darwin mengikuti suami. Sedangkan Eras yang memiliki seorang kakak ... ternyata menikah dengan putra tetangga yang sering kumintai kembang telang ini.

Eras belum menikah. Alasannya sedikit trauma karena pernah mengalami peristiwa mengecewakan. Calon  istri dilarikan oleh lelaki lain. Batal menikah membuatnya berpikir sekian kali sehingga memasrahkan diri pada kehendak Tuhan yang dipercaya mengatur diri dan hidupnya lebih baik.

Singkat cerita, dari perkenalan tersebut kami semakin akrab. Ketika kukatakan bahwa aku hanya seorang janda ... apalagi usiaku dua tahun di atasnya ....

 "No problem. Bukan masalah itu. Yang penting kita nyaman dan bagaimana komitmen ke depan. Bukan yang di belakang, melainkan yang di depan!"

***  

Suatu waktu, aku meminta Bonita dan Mas Ageng datang ke rumah. Aku tidak bisa keluar sebab Eras membawa keluarga yang masih ada untuk meminangku. Mertua kakaknya yang adalah tetanggaku, kakak dan iparnya. Sementara kedua orang tuanya dalam kondisi sakit tua berada di pulau lain. Dari  pihakku tidak ada lagi yang bisa kuundang. Sebagai anak semata wayang yang telah kehilangan kedua orang tua, tentu aku tidak memiliki siapa-siapa lagi. Akhirnya  aku meminta Bonita berdua dan Ibu atasanku untuk memberikan restu pada pertunangan kami.

Atas nasihat semua yang hadir, kami diminta secepatnya mengurus pernikahan. Karena kami berbeda tempat ibadah, kami meminta salah seorang anggota majelis menguruskan agar mempercepat proses pernikahan kami.

Tiga bulan berikutnya, kami resmi menikah baik secara agama maupun negara. Oleh karena itu, tidak ada penghalang untuk kami tinggal serumah. Bersyukur kepada Allah. Setelah  itu, kami harus segera mengiklankan penjualan rumah untuk ditukar membeli di kota lain.

***  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun