"Iya, apa kamu lupa kalau hari ini aku berulang tahun?"
"Ohh, ... maaf! Selamat  ulang tahun, ya Rin! Semoga semua yang kauharapkan tercapai!" ujarku.
"Amin!" jawabnya dengan senyum khas.
Senyum yang membuat semua orang tergila-gila karena dihiasi gingsul dan lesung pipi yang menambah manis penampilan. Rianti memang seorang gadis manis seangkatan dan sejurusan denganku.
Usai menikmati gratisan aku berpamitan. Kali ini aku tidak jadi ke kampus, tetapi akan melanjutkan ke tempat kursus sulam pita di Jalan Argopuro. Ya, sebenarnya tidak penting-penting banget sih, tetapi apa salahnya juga sebagai perintang waktu, 'kan? Sekitar satu jam lebih sedikit, selesailah kursus yang juga membutuhkan konsentrasi penuh itu. Teliti dan telaten sangat diperlukan, selain jiwa seni untuk memadupadankan warna. Sungguh, skill dan art talent sangat dibutuhkan di sini!
***
Hari berganti hari, bulan pun berganti bulan. Tepat  tiga bulan aku meninggalkan Mas Dewo. Musim hujan masih belum berakhir. Kursusku menyetir sudah selesai, bahkan aku sudah mengantongi SIM A. Karena itu, aku melapor kepada Ayah sambil memamerkan SIM A milikku. Kukabarkan bahwa aku sudah bisa mengendarai mobil. Maka, aku meminta izin untuk meminjam mobil di hari Minggu besok karena ingin melancarkan penguasaan mengendarai mobil.
"Wah, hebat! Ok, kau boleh meminjam mobil, tetapi harus dengan sopir! Bagaimana?"
"Lah, apa gunanya aku lulus ambil SIM A, Ayah?"
"Ya, nanti kamu boleh memegangnya ketika di tempat sepi. Biar sopir baru kita membawamu ke tanah lapang atau tempat terbaik untuk melancarkan keterampilanmu!" kata Ayah tegas.
"Duhhh! Ayah memang tak dapat disanggah!" senandikaku.