Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jamu Jemu

30 Mei 2024   07:16 Diperbarui: 30 Mei 2024   07:27 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ohh," Linca tampak melongo.

"Tentu saja ada. Nanti, kalau di perpustakaan Bibi Hunta tidak ada, kita bisa cari di toko buku. Nenek akan tunjukkan berbagai macam buku. Sekarang, kamu bisa membaca buku-buku yang tipis ini dulu. Nanti, makin lama kamu akan terbiasa dan senang membaca buku cerita yang lebih tebal. Kalau kamu suka membaca, kamu tak akan merasa jemu ataupun bosan! Justru akan merasa ketagihan! 

Kalau toko buku tutup, kita bisa mencari secara online!" ujar sang nenek sambil mengelus anak rambut cucunya.

"Bermain dengan kawan memang suatu hal yang baik, tetapi kebiasaan membaca juga perlu dipupuk. Nanti kalau kamu menjadi mahasiswi seperti Kak Linci, kamu sudah terbiasa membaca buku pelajaran yang tebal-tebal!" kata Nenek.

"Huuuu! Apa? Kak Linci aja nggak pernah pegang buku!" sindirnya kepada sang kakak.

"Sembarangan kamu! Sok tahu! Kakak membacanya di perpustakaan kampus, Linca!" seru sang kakak menimpali dengan jengkel.

"Oh, gitu. Kenapa nggak baca di rumah?"

"Buku yang dipinjam terbatas, Linca! Kalau nggak tahu jangan sembarangan. Itu namanya fitnah. Fitnah itu lebih kejam daripada membunuh!" sang kakak meradang.

"Sudah, sudah!" lerai Nenek bijak. "Kamu mengalah sikit, kenapa sih Linciii!" sang nenek membelalak kepada Linci.

Linci memberengut kesal, "Ah, Nenek. Mulai deh pilih kasih!"

Sang nenek hanya menggeleng-gelang sambil menutup mulut dengan jari telunjuk agar Linci diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun