"Baiklah, cepat datang, ya Nek!" kata Linca dengan gembira dan meletakkan gagang telepon.
Dalam hati Linca bertanya-tanya seperti apa kiranya jamu jemu alias obat bosan itu. Kalau berbentuk tablet atau pil, wah, lebih baik tidak usah saja. Kalau berbentuk sirup, lumayan sih. Biasanya sirup selalu berasa manis. Sepertinya dicampur madu juga! Kalau jamunya cair, seperti beras kencur ... ya nanti ia akan meminta tambahan madu, pasti enak. Kalau berbentuk permainan, nah ini lebih asyik. Akan tetapi, berbagai jenis mainan pun lama-lama bisa membosankan juga.
Sambil menunggu Nenek datang, Linca mendekati Kak Linci lagi.
"Kak, ... katanya Nenek mau datang membawakan jamu jemu alias obat bosan. Tahu tidak Kak, jamu jemu alias obat bosan itu seperti apa sih?"
Kak Linci tertawa terbahak-bahak ketika mendengarnya, tetapi kemudian menggeleng-geleng.
"Lincaaa, Linca! Kamu kok bisa sih dibohongi? Mana ada sih jamu jemu atau obat bosan itu?"
"Lah, kan nggak mungkin Nenek membohongi?" sergahnya.
"Ahahaha ... yang ada tuh ya, jamu pegel linu, jamu beras kencur! Atau kalau berbentuk obat kimia ya ... obat batuk, obat sakit perut, obat flu, obat sakit kepala! Eh, iya sih kalau obat-obat itu berkhasiat menyembuhkan, ada juga loh yang membunuh!"
"Hah? Membunuh?"
"Iya, Linca! Sesudah memakan atau meminumnya bisa mati!"
"Ya, Allah? Yang benar!" ujar Linca ketakutan.