Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jamu Jemu

30 Mei 2024   07:16 Diperbarui: 30 Mei 2024   07:27 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ya, kalau nggak mau ke sana, tidur sajalah kamu, Dik! Aman dan nyaman!" usul sang kakak.

"Ah, Kakak! Orang aku tidak mengantuk malah disuruh tidur!" Linca menggerutu.

 "Atau main ke rumah Paman Kancil? Kalau mau sebentar setrikaan Kakak selesai, biar Kakak antar ke sana!" sang kakak menawarkan diri.

"Malas ah, rumahnya jauh. Biasanya jam segini dia belum bangun. Dia 'kan harus tidur siang setiap hari!" Linca menolak.

Tiba-tiba Linca mendapat gagasan. Dia pergi ke kamar ibu dan menelepon Nenek.

Sesudah bercakap-cakap sejenak, Linca mulai mengeluh, "Nek, kalau tiap hari begini Linca bisa mati. Bosannya setengah mati. Ayah pergi, Ibu pergi, Kak Lindo pergi. Cuma Kak Linci yang di rumah. Itu pun ia sangat sibuk. Di rumah serasa tak ada siapa-siapa!" keluhnya kesal.

"Wah, wah, jangan sebut-sebut mati. Bosan itu 'kan penyakit yang paling gampang diobati. Sudah setua ini Nenek tak pernah merasa bosan!"

"Tentu saja. Cucu-cucu yang tinggal sama Nenek segudang. Di sana 'kan selalu ramai. Di sini sepi!"

"Terlalu sepi itu tidak enak! Terlalu ramai juga tidak enak. Nah, begini saja. Kamu sabar sebentar. Nenek akan segera datang membawakan obat untuk penyakit bosanmu! Namanya jamu jemu!"

"Kok jamu, Nek? Pasti pahit dan nggak enaklah!" serunya.

"Siapa bilang? Kamu kan belum tahu! Ya, anggap saja obat pokoknya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun