Namun, Ayumi tidak mengatakan apa-apa. Ditahannya baik-baik emosi dan diupayakan senetral mungkin ekspresi wajahnya.
Sementara, kepada Mira hanya dikatakan bahwa ada keperluan penting dan sangat mendesak. Karena itu, Mira harus diajak serta untuk menemaninya.
Dengan menumpang travel khusus, Ayumi dan Mira meluncur ke ibu kota provinsi untuk bertemu suami. Namun, Mira tidak diberi tahu apa-apa. Dia hanya diberi tahu akan diajak menemui seseorang yang sangat penting. Urusan pun tidak bisa ditunda-tunda lagi!
Ternyata, perjalanan lewat tol relatif sangat cepat! Tepat waktu menjelang istirahat kantor, sampailah Ayumi di hadapan atasan sang suami. Ayumi menitipkan Mira di ruang tunggu tamu, kemudian menuju ruang atasan itu. Di ruang atasan Ready, Ayumi tidak bisa menahan netra untuk tidak membanjir.
Dengan sesenggukan diceritakanlah secara sepintas kondisi bahtera kulasentana yang telah retak itu. Bapak Marsudi, sang atasan suami, sangat respek terhadap alur hidup Ayumi, apalagi wajah ayu Ayumi sangat mirip putri tunggal beliau yang sudah tiada. Sang atasan pun jatuh iba melihat Ayumi menangis tergugu seperti itu.
Atas inisiatif Bapak Marsudi, beliau berkenan memediasi keduanya. Sang atasan bergerak secepat kilat. Dimintalah Ayumi dan Mira mengikuti sang atasan dengan sopir pribadi menuju vila beliau agak jauh di luar kota. Sementara, dengan sopir lain, Ready pun diantar ke tempat sama. Dua orang sopir itu dipesan agar menunggu dan berjaga-jaga karena khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Malam ketika berada di ruang tamu vila Bapak Marsudi, lengkap hadir tuan rumah, Ready, Mira, dan Ayumi. Ready sangat terkejut melihat Mira bersama Ayumi. Tidak disangka badan Mira tampak sedikit berisi dan kian jelita di matanya. Netra Ready menatap Mira dengan kagum. Ketika Ready masih asyik menelisik wajah cantik Mira, tiba-tiba Ayumi beracara!
“Di hadapan dan disaksikan oleh Bapak Marsudi yang terhormat, tanpa berbelit, dengan ini saya, Ayumi, memohon bercerai dari Bapak Ready. Saya menemukan fakta bahwa yang bersangkutan telah mengkhianati janji pernikahan. Bukti telah ada di tangan saya sehingga tidak perlu berkelit apalagi berdalih lagi. Sudah cukup! Sejak saat ini, saya meminta Bapak Ready bersama Mira segera meninggalkan saya dan jangan pernah kembali ke rumah saya lagi. Saya juga mohon Bapak Ready bertanggung jawab atas kehamilan Mira yang sudah memasuki bulan keempat! Terima kasih! Sekaligus saya mohon maaf dan mohon diri!”
Cukup singkat, padat, dan jelas Ayumi berbicara dengan tenang. Ready sangat terkejut, tetapi tidak bisa berkutik lagi. Semua sudah dibuka dengan gamblang! Demikian pula dengan Mira. Tidak diduga sama sekali kalau akhirnya Ayumi menelanjangi percintaan terlarang mereka di depan atasan sebijak Pak Marsudi.
Baik Ready maupun Mira benar-benar tidak menyangka kalau malam itu merupakan malam penentuan nasib mereka! Mereka berdua diam sejuta kata, bak kerbau dicucuk hidung! Ready dan Mira pun tidak sempat meminta maaf karena Ayumi telah berpamitan setelah mengatakan hal telak tersebut. Sekakmat!
Setelah mohon diri, malam itu Ayumi pulang diantar salah satu sopir pribadi Bapak Marsudi. Ayumi meninggalkan Mira dengan maksud agar Ready bertanggung jawab. Ayumi pun berencana akan mengatakan kepada kedua orang tua perihal petaka yang telah menghancurkan biduk kecilnya itu esok hari. Bahtera itu telah terkoyak!