Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bahtera Terkoyak

29 Mei 2024   15:40 Diperbarui: 30 Mei 2024   04:06 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah berpamitan pada teman sekamar, Ayumi segera mengendarai mobil mungilnya untuk mengambil barang yang tertinggal itu. Namun, hatinya terasa tidak enak. Entahlah. Apalagi, dia tidak sempat mengabari suami kalau hendak menginap di tempat lain karena acara pelatihan dari sekolah. Bukan lupa, melainkan tidak sempat saja. Pikirnya, mungkin suami pun tidak sempat pulang karena kesibukannya.

Pukul 19.00 WIB setelah sesi pertama presentasi malam itu selesai, dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Namun, Ayumi berpamitan untuk pulang mengambil barang yang tertinggal. Beruntung dia sudah menyelesaikan tugas sehingga tinggal mendengar diskusi saja. Dengan demikian, dia bisa meninggalkan acara untuk meluncur pulang ke rumah.

Satu jam lebih sepuluh menit kemudian, Ayumi sampai di rumah dengan selamat. Karena sudah malam, dia sengaja tidak membangunkan Mira. Seperti biasa, baik Ayumi maupun suami sudah membawa kunci gerbang dan kunci pintu utama sehingga tidak perlu merepotkan yang ada di rumah. Dengan berjingkat, ditentengnya high heels di tangan kiri agar tidak menimbulkan suara.

Ketika berada di lantai dua, lampu kamar tidurnya mati, sementara lampu tidur di kamar Mira tepat di sebelah kamarnya sedang menyala. Tentu saja, pikirnya karena Amira pasti sedang berada di kamar tidur itu. Di antara lampu remang-remang itu, didengarnya suara renyah tawa Mira seperti sedang kegelian. Akan tetapi, dengan siapa Mira bercanda malam-malam begini?

Ayumi ingin mengetahui siapa teman Mira, tetapi pintu kamar itu tertutup rapat. Ayumi teringat bahwa antara kamar kerjanya dengan kamar Mira itu terdapat sebuah pintu butulan, berkaca dan berkorden. Maka, Ayumi segera menuju ke kamar untuk mengintip siapa gerangan teman Mira bercanda.

Sengaja tidak dinyalakan lampu agar kedatangannya tidak diketahui. Ditutupnya perlahan pintu kamar dan segera diintiplah kamar Mira.

Awalnya, Ayumi melihat silhuet dua orang sedang bercanda di tempat tidur kecil itu, rupanya sedang saling menggelitik. Karena itu, terdengar tawa Mira. Akan tetapi, selanjutnya ... dilihatnya bayang-bayang mereka bercumbu dan bergumul mesra. Tampaklah bayang dua orang dewasa sedang bercinta. Namun, tidak jelas sesiapa karena berada di remang-remang cahaya.

Semua sendi Ayumi terasa bergetar hebat. Belum tampak jelas siapa lelaki yang membersamai Mira karena Ayumi melihat dari bagian belakang. Setelah menyelesaikan pertandingan panas, keduanya terkapar berhimpitan di bed sempit. Sementara, Ayumi masih belum mengetahui pasti siapa teman Mira.

Tanda tanya besar masih menggelayuti pikiran Ayumi. Apakah suaminya? Atau siapa? Malam itu, Ayumi tidak bisa tidur memikirkan adegan panas di kamar sebelah. Hingga entah pukul berapa dia memejamkan netra. Ketika terjaga, dilihatnya jarum jam di arloji tangan yang tidak dilepas itu menunjuk angka lima lebih.

"Wuahh, ... gawat. Bisa terlambat masuk nih, kalau aku tidak cepat turun!" pikirnya.

Setelah mengambil barang yang dibutuhkan, ia segera turun tanpa ingat mandi. Mengendap-endap dan kemudian membuka pintu gerbang. Semalam mobilnya terparkir di bawah awning carport tanpa masuk garasi sehingga dengan mudah saja mundur, kembali menutup pintu, dan segera kabur ke kota pelatihan. Tidak dilihatnya apa yang terjadi di kamar sebelah, tetapi rupanya karena kelelahan kedua insan di kamar sebelah belum juga bangun. Bukankah kesempatan bagus untuknya segera meninggalkan rumah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun