Penampilan kalem Ajeng tetap menyulut kemarahan ibu-ibu yang telah termakan oleh kata-kata Astuti. Ajeng pun bergegas pergi menjauhi ibu-ibu yang terhasut oleh Astuti.
"Kalau suamiku sudah terpengaruh olehnya, jangan sampai suami kalian pun terpelet!" teriaknya.
Luar biasa. Mereka menatap tajam Ajeng dan ikut mengolok serta tak mengizinkan berbelanja di tempatnya. Hampir semua lapak menolak kehadiran Ajeng. Maka, Ajeng pun segera pulang dan sejak saat itu dia tidak pernah berbelanja lagi. Jika  menuruti kata hati, sebenarnya, ada yang jauh lebih menyakitkan daripada perlakuan para wanita di pasar tadi. Namun, Ajeng tetap berusaha tetap sabar dan tegar.
Ketika hari H bersih desa tiba, Ajeng kembali memperoleh tepuk tangan meriah. Bahkan, ada seorang wartawan yang sempat meliput saat Ajeng menyanyikan sebuah lagu. Namun, kebencian Astuti pun semakin memuncak. Dengan mengoordinasi para ibu yang merasa tersaingi dan terjangkiti rasa takut kalau-kalau suami mereka kepincut, Astuti melancarkan berbagai serangan. Mulai aksi olokan, ejekan, hingga fitnah mereka tanamkan kepada warga. Bahkan, sebuah rencana jahat sudah menghantui pikiran Astuti. Para ibu yang digalakkan dan digerakkan itu dikumpulkan di rumahnya. Dihasutnya mereka untuk bersama-sama melakukan aksi brutal.
Salah seorang sahabat Binar yang mengetahui gerak-gerik istri Bang Doni Donal ini melaporkan kepada Binar yang sedang berada di kota. Sumpil, nama jejaka desa itu, selalu mengikuti gerak-gerik Astuti. Maka, dengan gerak cepat ia pun bertindak tepat.
"Bang gawat ... aksi istri Bang Doni sudah keterlaluan!" lapornya.
"Oke, bikin siasat juga Brow! Pikir bagaimana menyelamatkan Non Ajeng!"
"Siap!"
Binar meminta Ajeng bersiap menyamar, menggunakan baju beda akan segera dijemput Sumpil, teman Binar dengan sepeda motor trail. Ajeng diminta segera menyelinap ke rumahnya dan segera berdandan. Dimintanya Ajeng mengenakan wig, celana jeans butut, jaket levis, topi, dan kacamata hitam. Dimintanya pula membawa kotak tersamar mirip bentuk buku diary yang beberapa hari lalu diperlihatkan kepada Binar. Di kotak itu biasanya  tersimpan perhiasan, dokumen penting seperti, paspor, cek, dan sebagainya.Â
Sementara, beberapa busana bagusnya sudah diminta pula menyimpan di rumah Binar sehingga aman.
Sore menjelang malam itu Sumpil melarikan Ajeng melalui jalan pintas lewat jalur motor trail sehingga tidak semua warga mengetahuinya. Sumpil membawa Ajeng ke kota dan menitipkannya di rumah keluarganya.