Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Disangka Bukan Tersangka

29 Mei 2024   11:56 Diperbarui: 29 Mei 2024   12:36 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bagaimana kalau meminta bantuan warga untuk mendirikan rumah sederhana di sini? Semipermanen saja. Toh, lahan ini masih lumayan luas," usul Pak Carik.

"Kan ada Den Binar di samping rumah!" lanjutnya.

"Ya, ya, ... benar. Keamanan pun terjamin kalau ada teman atau tetangga," jelas Pak Carik.

"Okelah. Nanti akan kami siapkan dana pembelian materialnya. Semoga tidak terlalu lama proses pembangunannya," jawab Binar.

"Bagaimana, kamu setuju Non?" tolehnya kepada Ajeng.

Yang ditanya hanya tersenyum tipis dan mengangguk tanda sepakat.

"Sebelum rumah jadi, izinkan saya minta sepasang suami istri yang mau tinggal bersama kami, Pak Kades. Akan digaji sesuai UMR, 

Pak Kades. Ini saya lakukan agar tidak menimbulkan fitnah dan si Non merasa nyaman!" lanjut Binar.

Terlahir dengan nama Bonar, dia menggantinya menjadi Binar dan nyaman dengan nama barunya yang feminin itu. Ajeng dan Bonar memang saudara sepupu. Karena itulah Ajeng lebih memilih tinggal bersamanya beberapa saat sampai ditemukan titik terang permasalahan yang dihadapinya.

Akhirnya, seiring perjalanan waktu, karena kerja gotong royong, selama semingguan rumah darurat itu jadi. Sederhana saja. Yang penting ada ruang tamu, dua kamar tidur, dapur, dan kamar mandi. Tidak dibuatkan sumur karena air untuk keperluan mandi dan mencuci akan diambil dari rumah Binar yang lebih permanen. Sementara lantainya masih lantai tanah yang disemen saja. Tidak bertegel.

Pasangan Pak Karnadi dan istrinya siap akan tinggal membersamai Ajeng. Pasangan paruh baya yang ditinggalkan anak semata wayangnya merantau ke luar negeri ini, rela meninggalkan rumahnya yang memang sudah tak layak huni. Keduanya malah bersyukur karena ada teman dalam kesehariannya. Rindunya akan anak semata wayang pun teralihkan dengan bekerja melayani Ajeng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun