Ia bisikkan bahwa sejak dahulu sangat mencintai dan mendambakan Nadya mendampingi hidupnya, tetapi kalah cepat. Karena itu  sengaja ia membuang diri ke luar negeri dengan maksud agar mampu melupakan Nadya. Ia mengaku hal itu tak mampu dilakukannya. Namun, doanya dikabulkan Allah. Ya, ia berdoa agar dipertemukan dengan Nadya kembali. Ia ingin merebut cinta yang hilang. Siapa sangka Tuhan mempertemukan dengan sedemikian rupa.Â
Nadya terkesiap saat mendengar bahwa dirinyalah wanita yang telah membuat Pambudi tidak menikah hingga saat ini. Ia yakin bahwa Pambudi tidak sedang berbohong.
Perlahan Nadya pun membuka diri dan hati untuk menerima kembali cinta Pambudi. Nadya memohon maaf telah meninggalkannya sekian lama. Sungguh, ia tidak mengetahui bahwa sebegitu rupa Pambudi berupaya melupakannya. Tak urung, merembeslah tirta netra mulai berlelehan di pipi.
Secara tidak langsung, dipersilakannya Pambudi melakukan sesuatu yang selama ini ditahan. Sambil meminta maaf jika selama ini tidak pernah mengetahui akan ketulusan cintanya. Maka  kali ini ia persembahkan hati, jiwa, dan raga kepada seseorang yang tulus mencintai itu: Pambudi. Nadya berjanji akan menjaga ketulusan cinta Pambudi tersebut dengan membalas kesetiaannya.
***
Kokok ayam telah terdengar sayup-sayup. Mereka telah menyelesaikan suatu babak yang menentukan masa depan dengan sangat lembut. Pambudi tahu bagaimana membuatnya terlena. Maka, suara ayam yang berkokok menjadi saksi bisu atas kebahagiaan mereka berdua.
Tepat jam tiga dini hari, gawai Nadya berdering nyaring kembali. Namun, ia tetap bergeming. Bersama Pambudi direngkuhlah malam hingga pagi itu dengan sepenuh perasaan. Kini, dilihatnya Pambudi terbuai mimpi. Tampak kelelahan di sisinya setelah beberapa saat sebelumnya berusaha sekuat tenaga untuk meraih bintang. Sebutir paling terang dipersembahkan kepada dirinya hingga kata bahagia benar-benar terjelma.Â
Kini bintang bintang teraih  itu telah ada di dalam genggaman. Tinggal bagaimana ke depan menghadapinya berdua. Nadya tidak banyak berpikir. Seperti kata Pambudi, dia akan mencoba mengalir saja mengikuti takdir. Maka dengan tersenyum simpul dibukalah gawainya.
Nadya sangat ingin kali ini Tuhan mengabulkan doanya, membuka rahimnya, dan menerima benih yang telah disemai  dengan mujizat-Nya. Dia merintih dalam doa semoga apa yang telah mereka lakukan menjadikannya momen yang indah. Suatu titik balik yang justru membahagiakan.Â
"Izinkan hamba berbadan dua, ya, Tuhan ...!" rintih tangisnya.
***Â