Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Leleh Laksana Lilin

14 Mei 2024   02:26 Diperbarui: 14 Mei 2024   07:17 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Netra Wita membelalak sambil berucap, "Wow! Tumben kamu bisa, Jar!" teriak Wita spontan.

Wati pun spontan membekap mulut mungil adik kembarannya itu sambil berkata, "Hush! Kamu apaan, sih!"

"Emang, kenyataan, 'kan? Bukannya biasanya Fajar selalu nggak bisa mengerjakan, ya!" pelototnya kepada Wati.  

Pertengkaran kedua putri kembar itu pun tak terelakkan. Wita yang kukuh dengan pendapat, sementara Wati yang merasa malu karena kembarannya nyerocos berbicara tanpa berpikir apakah kata-katanya santun atau tidak, menyakitkan pendengarnya atau tidak.

Karena jengkel, Wita menjambak rambut kembarannya. Sementara, Wati menjerit kesakitan tanpa membalas sama sekali. Tak urung, kelas pun menjadi gaduh.

"Stop! Wati, Wita! Stop!" lerai Bu Sri kepada si duo kembar.

"Oke, anak-anak! Silakan salin dulu jawaban Fajar, ya! Ibu akan antar temanmu ini ke ruang guru dulu! Kalian bekerja dengan tenang, ya!" pesan Bu Sri sambil mengajak kedua gadis itu ke ruang kepala sekolah.

"Nah, Wati dan Wita ... kalian berdua terpaksa Ibu hadapkan kepada Kepala Sekolah karena Ibu akan melanjutkan pelajaran! Ini terpaksa Ibu lakukan agar kalian tidak ngisruh!"

"Kamu, sih!" tonjok Wita ke lengan Wati.

"Adduuuh!" jerit Wati.

Sesampai di ruang Ibu Kepala Sekolah, Bu Susi Indaryani yang sangat keibuan itu, duo kembar diserahkan oleh Bu Sri yang hendak segera kembali ke kelas melanjutkan pembelajaran. Namun, sebelum meninggalkannya, Bu Sri melaporkan masalah kepada Kepala Sekolah secara rinci dan jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun