Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ikhlaskan Saja

9 Mei 2024   17:21 Diperbarui: 9 Mei 2024   17:24 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler


"Yang kepala TK Pembina itu loh!"


"Nah, iya ... malah lebih parah itu! Pembelajaran buat kita!"


"Parah gimana?" kejarku.


"Itu kalau nggak ada persetujuan suami istri! Sang suami nggak tahu-menahu tuh! Si istri kan punya teman wanita. Si istri menilai, memperlakukan, dan menganggapnya sangat baik bahkan seperti saudara. Saking dianggap baik, sertifikat rumah pun dipinjamkan. Nah, tahu 'kan ending-nya kayak apa?"


"Emang gimana sih detailnya? Aku cuma ngerti sepenggal saja sih!"


"Jadi gini ... si istri itu kan punya teman akrab yang bahkan dianggapnya saudara. Ternyata, si teman ini meminjam sertifikat rumah untuk diagunkan di bank. Berarti digadaikan. Salahnya ... si istri nggak rundingan dengan suaminya. Main percaya saja. Nah, akibatnya ... setelah memperoleh uang pinjaman, teman wanitanya itu minta izin pulang kampung katanya. Alasannya menyelesaikan masalah. Namun, ditunggu sebulan dua bulan ... ternyata tidak kembali. Hilang tak tentu rimbanya. Baru kelabakan! Sertifikat yang digadaikan itu harus ditebus sendiri. Padahal, kedua suami istri sudah pensiun. Intinya tertipu mentah-mentahlah!" urai suamiku.


"Ohh, gitu toh ceritanya."


"Lalu, ... dampaknya, si suami yang baru mendengar kondisi ekonominya yang terpuruk pun tekanan darahnya mendadak sangat tinggi hingga menderita stroke. Karena stroke dan di rumah sendiri, suami terjatuh saat hendak ke kamar mandi dan tutup usia mendadak!"


"Oooh, ya Allah! Jadi, ... dampaknya luar biasa, ya?"


"Iya, makanya Mama jangan mikir utang itu lagi. Anggap saja uang hilang, beres. Uang bisa dicari, Ma. Yang penting sehat!"


Aku masih menerawang. Untunglah atap kami sudah plafon asbes. Kalau di desa paling aku menghitung para-para aha ha ha ha ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun