Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bila si Belo Belalang Bertapa

4 Mei 2024   14:53 Diperbarui: 4 Mei 2024   14:54 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Belo menyimak cerita Kupi, lalu sejenak kemudian, Kupi pun melanjutkannya, "Saat aku menjadi kepompong pun masih menjijikkan. Tubuhku jelek sekali, hanya seperti guling yang hanya bisa berguling-guling. Beruntung jika aku selamat! Jika ditemukan oleh manusia yang menganggap diriku enak, aku pasti digorengnya sebagai sumber gizi yang gurih. Nah, sangat rawan, sementara aku tidak bisa mengelak, tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri!" sengaja Kupi diam kembali sejenak untuk memberi kesempatan agar Belo bisa berpikir jernih.

"Saat menjadi kepompong, aku sengaja berpuasa, tidak memakan apa pun juga. Aku hanya berdoa memohon kepada Allah agar diberi wujud yaag indah, tidak menakutkan dan tidak menjijikkan lagi. Siang malam aku tak henti-hentinya berdoa. Bersyukur, doaku didengar dan dikabulkan-Nya. Selanjutnya, wujudku seperti ini sekarang!" kata Kupi memamerkan keindahan sayapnya.

"Apa aku juga harus berdoa kepada Allah?"

"Kukira setiap makhluk wajib berdoa kepada Allah, Sahabatku! Perkara permohonan kita didengar atau tidak, itu urusan Allah sendiri!"

"Apa wujudku akan berubah bila aku berdoa?" tanya Belo.

"Wah, itu aku tidak tahu, Belo! Karena segala sesuatu di dunia ini hanya Allah yang Mahatahu!"

"Jika aku berpuasa ... apa Allah akan mengabulkan doaku?"

"Allah akan mengabulkan yang lumrah, Sahabatku. Namun,  entahlah, mungkin juga Allah akan memberikan keajaiban kepadamu, Sahabatku!" kata Kupi, "Ahh hari sudah semakin siang, aku harus berkunjung ke tempat saudaraku. Izin untuk meninggalkanmu, ya Sahabat! Semoga kamu berbahagia!" pamit Kupi.

Memperhatikan bagaimana kupu-kupu terbang dengan indahnya, bermanuver pula di atas kepalanya, Belo merasa sangat iri di dalam hatinya. Tiba-tiba saja dia ingin memiliki sayap yang indah  sebagaimana yang dimiliki Kupi.

"Baiknya aku akan puasa seperti kepompong supaya memiliki sayap seindah kupu-kupu!" begitu katanya di dalam hati.

Sejak hari itu Belo berpuasa. Ia tidak makan, tidak minum, tidak bergerak, dan bahkan tidak mau berbicara. Dia hanya diam tak bergeming di sela-sela daun ilalang panjang. Seperti halnya kepompong!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun