Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bila si Belo Belalang Bertapa

4 Mei 2024   14:53 Diperbarui: 4 Mei 2024   14:54 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jangan khawatir, Kawan. Aku tidak akan membongkar rahasiamu. Aku akan menjaganya seperti menjaga biji mataku!"

"Baiklah, Kawan. Begini ...," kata Belo sambil memperbaiki posisi berdirinya.

Diceritakanlah betapa tadi setelah melihat sayapnya yang indah timbul rasa kecewa terhadap keberadaan dirinya. Belo membandingkan kondisi tubuhnya yang jelek. Apalagi kaki belakangnya yang terlalu panjang dan berduri-duri dianggapnya sangat tidak menguntungkannya. Lalu muncullah rasa sedih di dalam hatinya. Menyesal mengapa ia diciptakan dengan model badan yang sangat jelek ditambah warna kusam yang sangat tidak menawan.

"Sebenarnya aku sangat malu!" kata Belo memulai ceritanya.

"Malu? Kenapa kamu harus malu?" selidik Kupi dengan mata nanar.

"Ini ... lihatlah aku! Sayapku jelek tidak seperti sayap indahmu. Aku juga tidak bisa terbang sepertimu!"

"Ohh, ...!" Kupi terkejut sekali.

"Lihat pula kaki belakangku ini. Terlalu panjang dan berduri. Jelek sekali, bukan? Lagipula aku hanya bisa melompat saja!" keluh Belo.

"Ooohh, begitu saja kenapa malu? Tahukah kamu bahwa dahulu aku pun sangat jelek?" lanjut Kupi.

Belo mendengarnya terheran-heran, "Benarkah?" tanyanya.

"Pasti benarlah! Saat aku masih menjadi ulat, siapa yang memedulikan aku? Semua takut karena begitu jeleknya aku. Semua merasa jijik apalagi bulu-buluku bisa membuat gatal siapa pun yang terkena ujungnya. Banyak yang tidak menyukai bentuk tubuh dan keberadaanku!" kata Kupi dengan mata berkaca-kaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun