Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Denting Hujan di Kebun Kopi

4 Mei 2024   06:55 Diperbarui: 4 Mei 2024   09:34 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Produksi kopi dari Kebun Bangelan ini berhasil disertifikasi oleh lembaga pengawas kopi dunia, UTZ Certified yang berpusat di Finlandia. Sisi baik produksi, yaitu dengan meminimalisasi penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang telah kuungkap di atas.

Selain unggul dan alami dalam tahap budi daya tersebut serta ditambah proses pascapanen yang sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan mutu kopi yang memenuhi standar dunia dan memiliki harga jual yang cukup tinggi. Karena bagusnya proses produksi yang dilakukan, kebun Bangelan mampu menyumbang kopi robusta 650 ha per tahun pada kondisi cuaca normal. Sementara pasar internasional yang mampu ditembus adalah Jepang, Amerika, dan Eropa.

"Wuahh, ... aku setidaknya sudah memiliki referensi cukup lengkap untuk menyongsong kepergianku sehari ke desa tersebut!" bisikku sambil menunggu waktu keberangkatan.

Nah, sampailah hari itu. Hari di mana aku pertama kali pergi ke PTPN XII Bangelan meski beberapa tahun silam ada juga muridku yang berasal dari daerah ini. Padahal, saat itu dia pun mempromosikan desanya dengan gencar. Namun, aku tidak memiliki kesempatan sama sekali. Ahh, ....

"Bu, di sana ada sumber air alaminya, loh! Apa Ibu tidak ingin bermain air, berkecipak dengan semburan air di desa hening di tempat kami tinggal? Ayolah! Ibu bisa menginap di rumah dinas Ayah, loh!" ajaknya sebelum perpisahan. Diceritakan bahwa ayahnya pejabat di sana.

"Ingin sekalilah!" jawabku antusias.

Namun, ternyata aku tidak pernah memiliki kesempatan karena kesibukanku yang luar biasa.

Setelah bertahun tahun kemudian, aku beroleh kesempatan. Maka kesempatan kali ini tidak kusia-siakan.

Kami berangkat agak molor, pukul 08.30 dengan menggunakan tiga mobil. Aku dengan rombongan sendiri terdiri atas tiga orang dari majelis penyelenggara sebagai pengamat kegiatan, dengan satu sopir yang setia melayani kami. Rombongan kedua ditumpangi oleh para dokter dan mahasiswa kedokteran yang akan bertugas memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat desa, dan satu mobil lagi mengangkut alat-alat kesehatan, obat-obatan, makanan, dan sembako untuk masyarakat di tempat tersebut.

Tiga mobil ini berangkat masing-masing dan tidak berkumpul di satu titik. Mobil khusus dokter dan mahasiswa kedokteran, sang sopir menjemput mereka satu per satu dari tempat masing-masing. Ada juga yang berkumpul di satu tempat sama. Ada lima dokter, dan tujuh mahasiswa kedokteran yang bekerja sama saat itu. Ada spesialis THT, ada spesialis mata, ada dokter umum, dan ada juga dokter kandungan. Sedangkan para mahasiswa ada yang masih duduk di semester 3, 5, dan 7 masing-masing memperoleh tugas yang berbeda satu dengan yang lain.

Seperti biasa sesampai di tempat tujuan, kami disambut oleh petugas dari masyarakat yang telah dihubungi jauh-jauh hari. Ada aparat desa, perwakilan dari dinas kesehatan, dan para pasien yang telah didaftar sebelumnya. Kami ditempatkan di sebuah rumah yang cukup besar. Secepat kilat para petugas menyulap tempat itu menjadi bilik-bilik meskipun hanya disekat dengan gerai, kelambu, atau korden yang beberapa disiapkan juga dari Malang. Meja, kursi, dipan atau ranjang untuk memeriksa pasien juga disiapkan dengan superkilat. Dalam waktu satu jam, tempat itu disulap menjadi klinik dadakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun